Cyprianus


Cyprianus merupakan sosok yang menarik, terutama sebagai manusia yang jujur dan seorang uskup yang dengan ramah dan bijaksana memimpin jemaatnya. Cyprianus dilahirkan sebagai putra dari satu keluarga yang kaya raya di Kartage, Afrika Utara, sekitar tahun 200/220. Orang tuanya beragama kafir. Ia memperoleh pendidikan yang biasa diperoleh anak orang kaya pada masa itu, yaitu retorika. Secara formal, tugas seorang ahli pidato hanyalah mengucapkan pidato pada upacara resmi, tetapi orang-orang yang fasih lidah dengan mudah mendapat jabatan yang tinggi dalam negara. Cyprianus sangat dihargai karena kefasihannya.

Kira-kira pada tahun 246, pada umur sekitar 40 tahun, Cyprianus bertobat menjadi Kristen berkat hubungannya dengan seorang pendeta bernama Caecilius. Untuk menghormati pendeta itu, pada waktu Cyprianus dibaptis, ia menambahkan nama pendeta itu pada namanya, menjadi Caecilius Thascius Cyprianus.

Dalam bukunya, "Ad Donatum" (Kepada Donatus), Cyprianus melukiskan bagaimana kehidupannya sebelum bertobat menjadi Kristen sebagai berikut: "Bagaikan orang buta, waktu itu saya lari ke kiri dan ke kanan, tanpa tujuan pada malam gelap gulita, diombang-ambingkan di atas lautan dunia yang bergelora. Saya melayang-layang tanpa pengetahuan yang benar tentang hidup, jauh dari kebenaran dan terang. Melihat tingkah laku saya waktu itu, saya merasa berat dan mustahil untuk melaksanakan perintah Allah yang merupakan jalan keselamatan."

Sesudah Cyprianus menerima sakramen baptisan yang kudus, ia pun bertobat secara radikal. Harta miliknya dibagi-bagikan kepada orang miskin. Lalu, 2 tahun kemudian sesudah dibaptis (248), Cyprianus dipilih sebagai uskup jemaat Kartage, ibukota provinsi Afrika Utara. Tidak lama ia menggembalakan jemaat dengan tenang. Pada tahun 249, Kaisar Decius naik takhta. Decius adalah seorang yang bersemangat, yang ingin menyelamatkan kekaisaran Romawi yang sudah hampir runtuh akibat serangan-serangan bangsa-bangsa Jerman. Untuk menyelamatkan kekaisaran Romawi, terlebih dahulu perlu dipastikan loyalitas seluruh rakyat. Orang-orang Kristen diduga tidak setia kepada negara, sebab mereka tidak ikut dalam kultus kaisar. Barangkali, tidak ikutnya orang Kristen dalam kultus kaisar menyebabkan para dewa marah terhadap kekaisaran.

Mulailah penghambatan hebat, yang terutama ditujukan kepada pemimpin-pemimpin gereja. Cyprianus menganggap baik untuk melarikan diri dari Kartage dan bersembunyi supaya jemaat kehilangan pemimpinnya. Tindakan ini dikecam oleh para klerus Romawi sebagai tindakan yang kurang berani, tetapi ternyata kemudian tindakan ini bijaksana. Cyprianus menggembalakan jemaatnya dari persembunyiannya dengan jalan surat-menyurat. Setelah Decius meninggal, maka Cyprianus kembali memimpin jemaatnya. Timbullah perselisihan dalam gereja mengenai mereka yang murtad dalam penghambatan, tapi telah menyesal dan ingin kembali ke dalam persekutuan gereja.

Pada umumnya, jemaat memunyai dua sikap. Sikap yang pertama adalah jemaat tidak mau menerima mereka kembali, dan sikap yang kedua adalah menerima kembali tanpa syarat apapun. Cyprianus memilih jalan tengah, yaitu orang-orang yang murtad itu diterima kembali setelah menjalani masa penyesalan yang lama.

Dalam tahun-tahun terakhir hidupnya, Cyprianus berselisih dengan Stephanus, uskup Roma, mengenai sah atau tidaknya baptisan gereja bidat. Menurut Cyprianus, baptisan gereja bidat tidak sah. Sebaliknya, Stephanus berpendapat bahwa baptisan gereja bidat adalah sah. Dasar pendapat Cyprianus adalah tidak seorang pun di luar gereja dapat melayankan sakramen. Gereja bidat berada di luar gereja, di luar uskup, bahkan mereka bukanlah orang Kristen. Cyprianus berkata, "Uskup dalam gereja dan gereja dalam uskup dan jika ia tidak bersama uskup maka ia tidak berada dalam gereja." Tidak ada keselamatan di luar gereja (Extra ecclesiam nulla sallus), demikian pendapat Cyprianus. Gereja adalah ibu orang percaya.

Stephanus mau memaksa gereja di Afrika untuk mengikuti tradisi jemaat Roma sebagai tradisi universal. Untunglah bahwa segera sesudah pertentangan ini dimulai, Stephanus meninggal dunia dan tidak lama kemudian Cyprianus meninggal sebagai martir, sehingga tidak sampai terjadi perpecahan antara jemaat Roma dengan gereja di Afrika.

Untuk pertama kalinya, muncul dalam pertentangan ini soal primat yurisdiksi dari uskup Roma. Persoalan primat uskup Roma dibahas oleh Cyprianus dalam bukunya, "De Unitate Ecclesiae" (Kesatuan Gereja). Ia mengatakan bahwa uskup adalah wakil dan jaminan kesatuan gereja karena dia dihubungkan dengan teman-teman dalam jabatan uskup oleh karena dasar jabatannya yang sama, yaitu jabatan para rasul. Dari antara para rasul, Petruslah yang memunyai posisi khusus karena kepadanya diserahkan kuasa untuk melepaskan dan mengikat. Karena kuasa itu diserahkan oleh Kristus, dan hanya kepada satu orang rasul saja, maka itu berarti kesatuan gereja ditetapkan oleh Kristus. Akan tetapi, Cyprianus tidak sampai menyimpulkan tentang kuasa yurisdiksi Petrus terhadap rasul-rasul yang lain. Demikian juga ia tidak menyimpulkan bahwa kuasa khusus Petrus diserahkan kepada penggantinya, yaitu uskup Roma. Jemaat Roma dihormati secara istimewa karena Petrus bekerja dan mati di sana. Hak uskup Roma untuk mengadakan campur tangan langsung dalam jemaat lain dengan memberi perintah, ditolak oleh Cyprianus.

Pada tahun 257, penghambatan pecah lagi di bawah pemerintahan Kaisar Valerianus. Sekarang Cyprianus tidak berusaha untuk melarikan diri lagi. Cyprianus diadili oleh Gubernur Afrika, Paternus, dalam balai di Kartago. Dengan berani, Cyprianus mengakui dirinya sebagai seorang Kristen dan uskup. Cyprianus berkata sebagai berikut: "Saya seorang Kristen dan uskup. Saya tidak mengakui dewa-dewa lain di samping Allah yang satu dan benar itu, yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Kami orang Kristen mengabdi kepada Allah; kepada Dia kami berdoa siang dan malam untuk kami dan untuk semua orang dan untuk keselamatan kaisar-kaisar sendiri."

Karena pengakuan ini, Cyprianus dibuang ke kota Curubis dan ia berdiam di sana beberapa waktu lamanya. Kemudian Paternus diganti oleh Galerius Maximus yang memanggil Cyprianus untuk diadili sekali lagi. Cyprianus tetap berpegang kepada kepercayaannya. Maximus menjatuhkan hukuman mati kepada Cyprianus dan dijawabnya dengan mengatakan: "Syukur kepada Allah" Cyprianus menjalani hukuman mati sebagai martir pada tanggal 14 September 258.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul asli artikel : Cyprianus
Judul buku : Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja
Penulis : Drs. E.D. Wellem, M.Th.
Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta 1999
Halaman : 84 -- 86

Sumber: Bio-Kristi 38

0 komentar:



Posting Komentar