INJIL YUDAS & Khasanah Gnostik


PENDAHULUAN


Ditengah-tengah ramainya kontroversi soal buku The Da Vinci Code sejak terbitnya di tahun 2003, dan di ketika buku itu diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan terbit pada medio tahun 2004 dan kemudian ramai lagi dengan dirilisnya film itu pada bulan Mei 2006, dunia diramaikan lagi dengan dilontarkannya isu Injil Yudas oleh National Geographic, maka tidak disangkal bahwa novel The Da Vinci Code telah berhasil mendongkrak perhatian orang pada Injil-Injil Gnostik.

Injil Yudas mulai dikenal khalayak ramai ketika situs web National Geographic memuat liputan panjang soal Injil Yudas. Liputan mana juga difilmkan dan diputar melalui media TV, dan kemudian pada bulan berikutnya dimuat dalam versi cetak dan menjadi cover story majalah National Geographic - May 2006 dan versi laporan Indonesianya dimuat dalam edisi National Geographic - Juni 2006. Akhirnya Injil Yudas diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris (April 2006) dan terjemahan bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Gramedia dan dirilis pada tanggal 29 Juni 2006 bersama dengan buku ‘The Lost Gospel’ (Injil yang Terhilang) yang bercerita sekitar Injil Yudas.

Sekalipun isi Injil Yudas cukup kontroversial, kepopulerannya kalah oleh promosi buku novel The Da Vinci Code yang sudah lebih dahulu populer dan yang filmnya dirilis bersamaan dengan dirilisnya berita tentang Injil Yudas, sehingga Injil ini tidak mendapat sambutan sehebat The Da Vinci Code. Namun dengan terbitnya terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia, tidak dapat dihindari buku ‘Injil’ ini akan menimbulkan pertanyaan juga ditujukan kepada umat Kristen. Dalam hal inilah gereja yang sadar akan tanggung jawabnya dalam membina umatnya dituntut untuk memberi pengertian kepada jemaatnya agar mampu memberi jawab kepada mereka yang tertarik isi buku Injil Yudas.


DARI NAG HAMADI KE EL-MINYA


Khasanah Gnostik adalah kumpulan tulisan yang dijilid (kodeks) dalam bahasa koptik yang ditemukan di Mesir di perpustakaan Chenoboskion yang lebih dikenal di lokasi Nag Hamadi di tepi sungai Nil di Mesir. Penemuan itu terjadi pada tahun 1945 dan kemudian baru pada tahun 1957 dikenal luas setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris. Perpustakaan itu berasal dari abad-3-4M dan berisi tulisan-tulisan berfaham Gnostik, sedangkan kita mengetahui bahwa faham Gnostik baru berkembang sekitar abad-2-3M di sekitar Palestina.

Dalam khasanah Gnostik di Nag Hamadi terkumpul sebanyak 13 kodeks papirus yang dijilid dengan sampul kulit (perkamen) dan seluruhnya terdiri dari 52 traktat Gnostik, termasuk 3 karya Corpus Hermeticum dan terjemahan karya Plato ‘Republik.’ Setelah melalui berbagai tangan di pasar gelap barang antik, sebagian besar khasanah Gnostik itu akhirnya terkumpul dan disimpan di Museum Koptik di Kairo, Mesir.

Dari khasanah Gnostik itu, 5 diantaranya disebut Injil, yang memuat percakapan-percakapan tentang Yesus yaitu Injil Thomas, Injil Filipus, Injil Maria, Injil Mesir, dan Injil Kebenaran. Dari kelima Injil itu, Injil Thomas-lah yang paling terkenal karena ditemukan dalam naskah lengkap, dan Injil inilah yang paling diminati para penganut Jesus Seminar dan dianggap sebagai Injil Kelima.

Injil Gnostik lainnya yang ditemukan kemudian di El-Minya, kira-kira 300 KM disebelah utara Nag Hamadi, pada tahun 1970-an adalah Injil Yudas.

Injil-Injil ini tidak ada satu pun yang sesuai dengan Injil Perjanjian Baru dari abad-1M. Ciri khas dari Injil gnostik adalah percakapan antara Yesus ilahi yang bangkit dengan murid-murid-Nya dimana ajaran gnostik diajarkan di dalamnya.


FAHAM GNOSTIK


Khasanah atau pustaka Gnostik dimiliki komunitas Gnostik di Mesir waktu itu yang mungkin karena adanya tentangan karya-karya tulis mereka disembunyikan. Ajaran Gnostik adalah ajaran mistik esoterik yang kemudian dipercayai secara sinkretis dengan kekristenan oleh para pengikutnya. Gnostik berasal dari bahasa yunani ‘Gnosis’ yang artinya ‘pengetahuan rahasia’ yang diungkapkan kepada manusia. Aliran gnostik menawarkan pengetahuan rahasia mengenai realita ilahi. Percikan atau benih ilahi yang baik itu jatuh dari realitas yang transenden ke dua materi yang jahat, dan terpenjara dalam tubuh manusia. Dibangunkan oleh pengetahuan rahasia, percikan api ilahi itu dapat kembali ke dunia dimana dia sebenarnya berasal yaitu dunia spiritual yang transenden.

Bagi para pengikut gnostik, ada sumber kebaikan tertinggi yang disebut pikiran Ilahi yang esa yang berada dialam spiritual diluar alam materi ini yang pada dasarnya baik. Pikiran ilahi yang lebih rendah dipancarkan keluar dari sumber itu secara bertingkat. Yang terakhir dari seri pancaran itu adalah ‘Sophia’ (hikmat) yang mengandung keinginan untuk mengetahui sumber kebaikan yang tidak diketahui itu. Keinginan ini menghasilkan bayangan ilahi yang cacat dan jahat atau ‘Demiurge’ yang diyakini sebagai yang menciptakan alam semesta. Percikan ilahi yang mendiami manusia jatuh ke alam materi untuk membebaskan kemanusiaan. Orang-orang Gnostik menganggap demiurge sebagai Allah Perjanjian Lama yang menciptakan langit dan bumi untuk memelihara kemanusiaan dari keinginan mereka kembali kepada sumbernya.

Graham Stanton, ahli Perjanjian Baru Inggeris merumuskan keyakinan Gnostik Kristen secara sederhana sebagai:
“dunia adalah tempat yang jahat diciptakan oleh Tuhan yang jahat (Yahweh), dan yang berbalikan dari Tuhan yang benar dan Esa. Pengikut Gnostik kristen menganggap diri mereka sebagai keturunan Tuhan yang esa itu, dan sebagai percikan ilahi yang terkurung dalam dunia yang jahat ini. Kristus dikirim untuk mengingatkan pengikut Gnostik mengenai hakekat diri mereka yang sebenarnya. Kristus memberitakan rahasia (gnosis) pada para pengikut Gnostik agar mereka dapat melepaskan diri dari dunia yang jahat ini dan kembali kepada Tuhan yang benar.” (Gospel Truth? hlm.87).


Manusia sebagai keturunan Ilahi yang esa itu memiliki percikan kekuatan Ilahi itu, namun ia terkurung dalam penjara tubuh materi. Berbeda dengan kepercayaan Kristen, gnostik mengajarkan bahwa setiap orang bisa berhubungan dengan pikiran Ilahi itu dan keselamatan terletak dalam membangunkan percikan api Ilahi itu dan kembali menyatu kedalam pikiran Ilahi (pandangan mistik/kebatinan). Untuk mencapainya dibutuhkan seorang pembimbing rohani yang dikalangan gnostik-kristen disebut Kristus.

Bagi Gnostik, Kristus mengajarkan ucapan-ucapan rahasia sehingga mereka yang mengerti bisa mencapai ke’Ilahi’annya sama seperti Kristus. Bagi mereka, Kristus, roh Yesus yang ilahi mendiami tubuh manusia Yesus, dan Yesus yang ilahi tidak mati disalib tetapi dinaikkan ke realita ilahi dimana Ia semula berasal. Karena itu pengikut Gnostik menolak penderitaan dan kematian Yesus yang menebus manusia dan kebangkitan tubuh.


INJIL YUDAS


Injil Yudas ditemukan dalam bentuk papirus diantara tahun 1950-60 dilokasi Muhafazat El Minya, 300 Km disebelah utara ‘Nag Hamadi’ (yang pada tahun 1945 ditemukan pustaka Gnostik koptik termasuk Injil Thomas). Menurut perhitungan waktu radiokarbon, papirus itu ditaksir berasal dari tahun 220-340, dan ada yang menyimpulkan sebagai terjemahan dari naskah asli bahasa Yunani dari tahun 130-180. Yang jelas, sekalipun disebut berjudul Injil Yudas, Injil itu tidak mengklaim diri sebagai ditulis oleh Yudas (Iskariot).

Injil Yudas mulai menarik perhatian pada tahun 1970 ketika dicuri keluar Mesir dan kemudian muncul ke pasar antik Jenewa pada tahun 1983, dan mulai diperkenalkan pada konperensi Koptik di Paris pada 2004. Setahun kemudian diberitakan bahwa naskah itu akan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris, Perancis dan Jerman. Pada tahun 1999 baru diketahui sebanyak 26 halaman, kemudian berangsur-angsur dapat dikumpulkan dua-pertiga dari naskah lengkap 62 halaman itu pada awal tahun 2006. Pada bulan April 2006, National Geographic mengumumkan selesainya terjemahan Injil Yudas ke dalam bahasa Inggeris.

Memang, dalam catatan sejarah gereja, Irenius dari Lyons pernah menyebut mengenai Injil Yudas sebagai sejarah fiktif dalam tulisannya ‘Adversus Haereses’ (180) yang kemudian dikutip oleh Origenes dalam tulisannya ‘De Stromateis’ (230). Pada tahun 375, Epiphanes, uskup Salamis, juga menolak Injil Yudas. Apakah Injil Yudas yang disebutkan oleh Irenius, Origenes dan Epiphanes sama dengan Injil Yudas yang baru ditemukan itu memang tidak pasti, yang jelas Irenius menyebut Injil Yudas yang disebutnya sebagai sesat karena tidak merupakan fakta sejarah dan mengandung ajaran Gnostik ini dikuatkan oleh Origenes dan Epiphanes. Bila perkiraan perhitungan waktu penulisan Injil Yudas baru itu benar, mungkin Injil Yudas itulah yang dimaksudkan oleh Irenius.

Isi dari Injil Yudas memang bersifat gnostik sama halnya dengan tulisan-tulisan yang ditemukan dalam pustaka Gnostik di Nag Hamadi. Bagi Gnostik memang kematian Yesus diatas salib sebagai penebus tidak ada artinya, itulah sebabnya dalam Injil Yudas kesan Yesus sebagai korban yang disalibkan menjadi kabur dan Yudas dijadikan pahlawan. Injil Yudas diawali kalimat berbunyi: “Isi Rahasia Wahyu yang dikatakan Yesus dalam percakapannya dengan Yudas,” dan rahasia itu juga mengungkapkan bahwa yang dimengerti para murid Yesus selama ini salah arah.

Kita akan segera mengetahui bahwa isi Injil Yudas bertentangan dengan yang selama ini diketahui umat Kristen melalui data ke-4 Injil. Dimana disebutkan bahwa:

“Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas rasul itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang diantara kamu akan menyerahkan Aku”.” (Matius 26:20-21)

Ucapan Yesus dalam ayat diatas pada waktu Perjamuan Malam merupakan sub-tema yang digunakan Leonardo Da Vinci untuk melukis lukisan yang terkenal bertema ‘Last Supper.’ Sikap dan posisi para murid dalam lukisan itu memang merupakan reaksi atas ucapan Yesus di atas. Dalam lukisan itu digambarkan dengan jelas reaksi tiga murid terdekat dikiri Yesus dan tiga murid di kanan Yesus. Di sebelah kiri Yesus, Thomas digambarkan mengacungkan tangan meragukan ucapan Yesus itu, Yakobus merentangkan tangan menolak ucapan itu, dan Filipus meletakkan kedua tangan didadanya menunjukkan devosinya. Di sebelah kanan Yesus, Yohanes tersentak mendengar ucapan Yesus itu dan mendengarkan reaksi keras Petrus yang marah dan ingin membela Yesus, dan terlihat Yudas dengan wajah dalam kegelapan terperanjat dan badannya condong ke belakang sambil menyekap pundi-pundi uang suap yang telah diterimanya.

Sejak itu Yudas memang menjadi tokoh antagonis yang dianggap penghianat dan yang menyerahkan Yesus untuk disalib, apalagi mengenainya Yesus pernah berkata “celakah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” (Markus 14:21). Semua label negatip ini melekat dalam diri Yudas dan menjadi anggapan umum tradisi gereja selama dua milenium. Maka, kalau sekarang ada yang melontarkan data bahwa sebenanya situasinya berbeda dengan itu, maka ramailah mass-media mengakomodasi gossip baru itu.

National Geographic dalam edisi situsnya diinternet April 2006 mencuatkan tema ‘The Judas Gospel’ kemudian tema ini dijadikan cover-story edisi majalah National Geographic, May 2006, maka ramailah mass-media mengelu-elukan gosip baru setelah selama beberapa tahun terakhir dunia diresapi gosip dengan terbitnya buku dan film ‘The Da Vinci Code.’ Apakah ‘The Judas Gospel’ itu?

Yang jelas, isi Injil Yudas berbalikkan dengan berita Injil yang selama ini dipercayai gereja, misalnya ucapan Yesus yang mengingatkan para muridnya bahwa “mereka selama ini salah jalan.” Dalam injil ini, Yudas digambarkan secara positif sebagai murid yang paling disukai Yesus, setia dan taat akan perintah Yesus dan bukan sebagai seseorang yang menyerahkan Yesus. Yesuslah yang menyuruh Yudas untuk menyerahkan diri-Nya. Injil ini tidak mengklaim bahwa para murid lainnya setuju dengan pemikirannya, tetapi inti Injil ini menyebutkan bahwa para murid Yesus lainnya belum mengerti Injil yang benar yang hanya diajarkan oleh Yesus secara rahasia kepada Yudas. Itulah sebabnya ada gambaran dalam ‘Injil Yudas’ bahwa ia mati karena dilempari batu oleh murid-murid lainnya. Dalam beberapa kesempatan Yesus disebutkan mengkritik para muridnya akan ketidak acuhan mereka.


Akhir Kata


Injil Yudas menyebut bahwa hanya pada Yudas diceritakan rahasia yang benar sedangkan pada murid lainnya tidak. Ini tentu berlawanan dengan Injil-Injil dan naskah Gnostik lainnya (a.l. Injil Thomas, Filipus, Yakobus, Yohanes, dan Petrus) yang dianggap ditulis para rasul lainnya yang semuanya menceritakan rahasia Yesus juga.

Oleh para penerjemahnya Injil Yudas diharapkan menjadi kejutan baru yang melawan ajaran gereja tradisional, namun rupanya sejak awalnya kehadiran Injil ini memang kurang dipandang berarti, apalagi kehadirannya bertepatan dengan kembali populernya kejutan buku dan terutama film ‘The Da Vinci Code’ yang dirilis di festival film Cannes pada tanggal 19 Mei 2006 sehingga kehadiran berita mengenai Injil Yudas meredup. Entah apa yang akan terjadi kalau ‘Injil Yudas’ terjemahan Indonesianya terbit. Namun, dibalik semua itu, umat Kristen juga tidak perlu terkejut dengan kehadiran Injil Yudas yang berkembang dalam jemaat Gnostik itu.



Disalin dari : Yabina Ministry/ Herlianto

0 komentar:



Posting Komentar