Hari Sabat untuk Manusia

* Markus 2:27-28
2:27 LAI TB, Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,
KJV, And he said unto them, The sabbath was made for man, and not man for the sabbath:
TR, και ελεγεν αυτοις το σαββατον δια τον ανθρωπον εγενετο ουχ ο ανθρωπος δια το σαββατον
Interlinear, kai {lalu} elegen {Ia berkata} autois {kepada mereka} to sabbaton {Sabat} dia {demi} ton anthrôpon {manusia} egeneto {dijadikan} ouch {bukan} ho anthrôpos {manusia} dia {demi} to sabbaton {Sabat}

2:28 LAI TB, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat."
KJV, Therefore the Son of man is Lord also of the sabbath.
TR, ωστε κυριος εστιν ο υιος του ανθρωπου και του σαββατου
Interlinear, hôste {karena itu} kurios {tuan/Tuhan} estin {adalah} ho huios {Anak} tou anthrôpou {Manusia} kai {juga} tou {atas} sabbatou {Sabat}


Ini merupakan permunculan ke-2 dari istilah "Anak Manusia" didalam Injil Markus. Kata-katanya merupakan kesimpulan dari jawaban Yesus terhadap pengeritik murid-muridNya, ketika mereka memetik bulir gandum selagi berjalan melewati ladang, pada hari sabat dan kemudian (menurut Lukas 6:1) memakan gandum itu setelah mereka mengisarnya dengan tangan untuk memisahkan kulitnya. Hal ini, secara tekhnis bagi para penafsir hukum, dianggap sebagai bentuk tindakan pekerjaan menuai, dan mengisar dengan tangan. Pekerjaan semacam ini tidak boleh dilakukan pada hari Sabat. Mungkin untuk menambahkan kritik-kritik yang dilontarkan terhadap para murid, kritik Yesus memberi kesan membiarkan mereka melanggar hari sabat dengan cara itu.

Pertama-tama, Yesus memberikan suatu contoh : Pada saat darurat, Daud dizinkan oleh para imam yang bertugas dalam Bait Nob (Mungkin di Gunung Skopus, dekat Yerusalem) untuk mendapatkan roti kudus ('roti sajian' atau 'roti kehadiran ilahi') untuk dirinya dan pengikut-pengikutnya, walaupun telah ditetapkan dalam hukum bahwa tak seorangpun kecuali para imam yang boleh memakannya (1 Samuel 21:1-6). Inti argumentasi yang Yesus tunjukkan disini adalah bahwa kebutuhan manusia mempunyai prioritas lebih tinggi daripada upacara agama; amat relevan untuk mengulang tafsiran tradisional (walaupun tidak tercatat dalam Perjanjian Lama) mengenai peristiwa Daud yang terjadi pada suatu hari Sabat (menurut Imamat 24:8-9 hari itu, roti yang lama harus disingkirkan untuk dimakan "Harus dan anak-anaknya... di tempat kudus", dan diganti dengan roti yang baru, "yang diaturnya di hadapan Tuhan").

Kemudian Yesus melanjutkan memberikan contoh yang lebih awal dan lebih tinggi. Hari Sabat ditetapkan Allah; apa tujuan Allah membentuk hari itu? Apabila hal itu dapat ditemukan, maka hukum Sabat paling baik dijalankan menurut tujuan Allah memberikan hari itu.

Dalam Kejadian 2:2-3, Allah menyatakan 'istirahat' pada hari ke tujuh setelah Ia menyelesaikan pekerjaan pernciptaanNya selama enam hari berturut-turut, maka Ia 'memberkati hari ke tujuh dan mengkuduskannya'. Kata kerja bahasa Ibrani untuk istirahat adalah שַּׁבָּת - SYABÂT, yang diberikan disini sebagai penjelasan arti kata 'sabat'.
Baik Yesus maupun para pengeritikNya tidak menganggap bahwa Allah emmerlukan istirahat pada hari ke tujuh karena Ia merasa lelah setelah bekerja berat selama seminggu. Ia 'berhenti' dari pekerjaanNya. Mengapa Ia kemudian 'memberkati' hari Sabat dan 'mengkuduskannya'? ini bukan untuk kepentingannya sendiri, melainkan untuk kepentingan makhluk ciptaanNya, yang Ia tahu, pasti akan membutuhkan istirahat setelah seminggu hari bekerja berat.
Hal ini nampak dalam catatan Kitab Kejadian itu sendiri. Pada Firman ke-empat, dalam format yang diberikan dalam Keluaran 20:8-11 menganjurkan umat Israel untuk menguduskan hari ke-7 dengan berhenti dari pekerjaannya, sebab Allah telah menguduskannya dengan Ia sendiri berhenti bekerja setelah 6 hari penciptaan. Tetapi dalam bentuk Firman yang ke-4 ini yang diberikan dalam Kitab Ulangan 5:12-15 sangatlah jelas bahwa hari Sabat ditunjukan bahwa hari Sabat diberikan untuk kebutuhan mereka yang memerlukan istirahat setelah bekerja keras :


* Ulangan 5:12-15
5:12 Tetaplah ingat dan kuduskanlah hari Sabat, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.
5:13 Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
5:14 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau lembumu, atau keledaimu, atau hewanmu yang mana pun, atau orang asing yang di tempat kediamanmu, supaya hambamu laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti engkau juga.
5:15 Sebab haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Allahmu dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau merayakan hari Sabat.



Perhatikan ayat 14 "supaya hambamu laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti engkau juga". Maka hari Sabat dibentuk, untuk kebutuhan manusiawi, dan hari itu paling tepat dikuduskan ketika kebutuhan manusia dipenuhi. Simeon bin Menasya menyimpan dalam tafsiran Rabbi mengenai Keluaran 31:14 : " Sabat diberikan untuk engkau; engkau tidak diberikan untuk hari Sabat". (Reff. Mekhilta (rabbinical Commentary) on Exodus 31:14).

Tetapi masalah perkataan Yesus sebenarnya terletak pada fungsi kata 'maka' dan 'supaya' yang mengawali kata-kata selanjutnya : "Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat". Bagaimana hal ini dapat mengikuti fakta bahwa hari Sabat untuk manusia sehingga Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat?
Disatu pihak, hal ini tidak begitu menjadi masalah bagi mereka yang pertama kali mengengar Yesus mengatakan kata-kata itu. Karena istilah 'manusia' dalam bahasa Arami biasanya juga 'anak manusia' maka secara harfiah perkataan itu bisa diterjemahkan "Sabat dibentuk untuk anak-manusia, dan bukan anak-manusia dibentuk untuk Sabat'. \

Pertanyaan yang mungkin di benak pendengar adalah : 'Dalam pengertian bagaimanakah dikatakan bahwa anak-manusia adalah tuan atas hari Sabat? Apakah yang dimaksud itu manusia secara umum adalah tuan atas hari Sabat?'
Pertanyaan ini juga diperhadapkan kepada kita juga namun kita mempunyai pertanyaan yang perlu kita pikirkan selanjutnya: Mengapa Markus menggunakan kata 'manusia' (human being atau hman race) dalam kedua ungkapan yang pertama, sedangkan ungkapan 'anak manusia' terdapat di bagian ketiga?
Tentunya ia memaksudkan ungkapanNya yang ketiga memberi suatu arti yang lebih dari sekedar arti manusia secara umum. Amabila demikian, apakah sesuatu yang lebih itu? Mungkin maksud Yesus tentang Ia adalah tuan atas hari Sabat ialah bahwa Yesus mempunyai otoritas tinggi untuk menafsirkan Hukum Sabat menurut ilahi ketika membentuknya. Ia merupakan wakil manusia dan peranan itulah yang sedang dinyatakanNya, karena hari Sabat dibuat untuk manusia, Ia ditentukan Allah mewakili manusia dihadapanNya diberi suatu hal untuk mengatur hari Sabat menurut aturanNya.

0 komentar:



Posting Komentar