... Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh.
(Efesus 5:23)
Seseorang tidak bisa dikatakan mempelajari sejarah gereja tanpa memerhatikan gangguan dan penganiayaan yang dialami oleh Gereja Kristen dari awal hingga sekarang. Sebagai umat Protestan, kita harus menaruh perhatian khusus pada salah satu klimaks terpenting dalam perjuangan ini, yaitu peristiwa sejarah tanggal 31 Oktober 1517. Pada hari itu Martin Luther memakukan 95 dalil di pintu Katedral Wittenberg sebagai bentuk protes atas praktik dan pengajaran gereja Abad Pertengahan. Namun, sebelum dan juga sejak saat itu, amatlah penting bagi orang-orang percaya untuk mempertahankan Gereja dari orang-orang yang akan mengotori dan menghancurkannya dengan doktrin dan praktik-praktik sesat.
Seperti itulah peristiwa yang mendasari penulisan himne ini. Penulisnya adalah seorang pendeta Gereja Inggris, Samuel J. Stone, pada tahun 1866. Selama periode itu, ada banyak masalah yang muncul di dalam Gereja Anglikan gara-gara sebuah buku yang ditulis tiga tahun sebelumnya oleh salah seorang pendeta Anglikan yang berpengaruh, John William Colenso. Dalam buku tersebut, pendeta yang liberal ini menyerang keakuratan sejarah Lima Kitab Musa. Bukunya yang berjudul "The Pentateuch and The Book of Joshua, Critically Examined", ditentang keras oleh pemimpin Anglikan lainnya, Pastor Grey. Segera perseturuan teologis antarpemimpin tersebut menjadi kontroversi yang tersebar luas ke seluruh Gereja Anglikan.
Samuel Stone sangat tergugah melihat masalah ini sehingga pada tahun 1866 dia menulis sekumpulan himne, Lyra Fidelium ("Lyra of the Faithful"). Kumpulan ini terdiri dari dua belas himne pengakuan iman berdasarkan Pengakuan Iman Rasuli untuk melawan serangan dari liberalisme dan pengetahuan modern yang dirasanya akan memecah belah dan menghancurkan gereja. Himne khusus ini didasarkan pada "The Ninth Article of the Creed" (Artikel Pengakuan Iman ke-9) yang berbunyi, "Gereja Katolik (universal) yang Kudus; Perjamuan Kudus Orang-Orang Suci: Dialah Kepala dari Tubuh ini." Ini adalah keyakinan Stone bahwa kesatuan gereja semata-mata harus terletak pada pengenalan akan ketuhanan Kristus sebagai Kepala gereja dan bukannya pada pandangan dan interpretasi manusia.
Himne tersebut menjadi terkenal di seluruh Inggris Raya dan juga diterjemahkan ke dalam beragam bahasa, termasuk bahasa Latin. Dua tahun kemudian semua pendeta Anglikan berkumpul di London untuk sebuah pertemuan teologis yang dikenal sebagai Lambeth Conference (Konferensi Lambeth). Himne karya Stone dipilih sebagai prosesi dan himne tematis untuk pertemuan bersejarah tersebut. Stone menjadi terkenal secara luas dan dihargai sebagai seorang penulis himne yang produktif dan banyak dipublikasikan. Stone menulis total tujuh buku tentang ayat dan melayani dalam komite yang mempersiapkan edisi 1909 dari himne Anglikan yang terkenal, Hymns Ancient and Modern (Himne Kuno dan Modern). Meskipun demikian, himne tersebut adalah satu-satunya himne ciptaannya yang masih digunakan secara rutin sampai sekarang.
Samuel John Stone lahir Whitmore, Staffordshire, Inggris, pada tahun 1839. Setelah lulus dari Oxford, dia melakukan sebagian besar pelayanannya hanya di dua paroki di London, di mana dia sangat dikenal sebagai pendeta untuk orang-orang miskin. Di sini waktunya dihabiskan untuk melayani orang-orang miskin dan kurang mampu di pinggiran Timur London. Di wilayah tersebut dikatakan "dia menciptakan satu tempat penyembahan yang indah untuk rakyat kecil dan membuatnya menjadi cahaya di tengah kegelapan." Stone dikenal sebagai pribadi yang tak bercela; dia sangat sopan terhadap orang yang lemah dan membutuhkan, sekaligus pejuang keras bagi kepercayaan konservatif yang diserang bertubi-tubi pada masa tersebut. Dia menolak untuk berkompromi sebelum Kritik Tinggi (Higher Criticism) dan filosofi evolusioner menjadi populer. Keyakinan pribadi terhadap firman Tuhan sudah cukup baginya. Seluruh tulisannya digambarkan sebagai "perkataan yang sangat terus terang yang muncul karena kepercayaan yang berani, di mana dogma, doa, dan pujian saling terjalin melalui beragam kemampuan".
Naskah asli karya Stone sebenarnya terdiri dari tujuh bait. Namun, kebanyakan himne yang dipakai sekarang ini hanya menggunakan syair pertama, kedua, dan kelima; bait terakhir adalah kompilasi empat baris pertama dari syair keenam dan ketujuh. Bait ketiganya yang asli, yang diabaikan dalam himne-himne sekarang, juga cukup menarik:
Gereja tidak akan pernah punah! Tuhanlah yang membela,
yang memimpin, yang mempertahankan dan menghibur,
Tuhan menyertai gereja-Nya sampai akhir;
Meski ada yang membencinya, dan anak-anak palsu dalam pangkuannya,
melawan musuh atau pengkhianat, dia tak pernah terkalahkan,
Komposer musik ini, Samuel S. Wesley, lahir di London, Inggris, pada 14 Agustus 1810. Dia adalah cucu Charles Wesley dan dikenal sebagai salah satu musisi gereja yang terkemuka pada masanya. Dia memperoleh gelar Doctorate in Music (doktor di bidang musik) dari Universitas Oxford saat masih berusia 29 tahun. Dia menulis sejumlah besar musik pelayanan gereja dan juga sejumlah nada himne asli. Nada ini, yang dikenal dengan sebutan "Aurelia", diambil dari kata "aureus", kata Latin untuk "emas", aslinya ditulis untuk teks himne "Jerusalem the Golden" (Yerusalem kota emas). Untuk pertama kalinya, nada ini digabungkan dengan teks Stone pada tahun 1868 dan dikumandangkan di Bishops' Lambeth Conference (Konferensi Lambeth para Pendeta).(t/Lanny)
Diterjemahkan dari:
Judul artikel : The Church's One Foundation
Judul buku : 101 Hymn Stories
Penulis : Kenneth W. Osbeck
Penerbit : Kregel Publications, Grand Rapid, MI 1995
Halaman : 243 - 244
Sumber: Bio-Kristi 3
Samuel J. Stone
Label:
Himne
- Rabu, 01 Desember 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar