Dekrit Kekal Allah


DEKRIT KEKAL ALLAH


1. Allah melalui keputusan kehendak-Nya sendiri yang paling bijaksana dan kudus, secara bebas dan secara tidak berubah, telah menetapkan segala sesuatu yang akan terjadi sejak kekekalan. Akan tetapi ketetapan Allah adalah sedemikian rupa sehingga Allah bukan pencipta dosa, dan juga tidak terjadi pelanggaran terhadap kehendak ciptaan-ciptaan-Nya; dan kemerdekaan atau kemungkinan dari penyebab-penyebab kedua tidak dihilangkan, tetapi sebaliknya, diteguhkan.

2. meskipun Allah mengetahui segala sesuatu yang mungkin atau bisa terjadi pada segala kondisi yang mungkin, akan tetapi Allah tidak mendekritkan sesuatu apa pun karena Dia melihatnya terlebih dahulu sebagai masa depan, atau sebagai sesuatu yang akan terjadi pada kondisi-kondisi tersebut.



Bagian pengakuan iman ini mengajarkan kepada kita

    (1) bahwa Allah telah menetapkan sebelumnya segala hal yang akan terjadi,
    (2) bahwa predeterminasi (rencana Allah) ini bersifat kekal,
    (3) tidak ada satu hal pun yang terlalu besar atau terlalu kecil untuk dimasukkan atau dikeluarkan dari predeterminasi tersebut,
    (4) bahwa hal ini tidak menjadikan Allah sebagai pencipta dosa,
    (5) bahwa Allah tidak memaksa orang melakukan hal yang tidak ingin dilakukan orang itu,
    (6) bahwa hal ini tidak menghancurkan “kebebasan (freedom)” atau hubungan sebab akibat (sebaliknya, penetapan oleh Allah ini merupakan dasar bagi keberlangsungan hal ini), dan
    (7) yang terakhir, bahwa rencana Allah yang berdaulat ini tidak “didasarkan” pada sesuatu yang telah dilihat sebelumnya (foreseen) oleh Allah (karena hal ini berarti Allah bergantung kepada sesuatu di luar diri-Nya).


Hal ini membedakan satu pribadi dari suatu benda (atau keberadaan yang tidak berkepribadian) adalah bahwa suatu pribadi bertindak menurut tujuan. Karena itu, rencana dan tujuan Allah pastilah merupakan bagian dari eksistensi-Nya yang tidak terbatas, kekal, dan tidak berubah. Alkitab memberikan kesaksian, “Demikianlah firman Tuhan yang melakukan semuannya ini, yang telah diketahui dari sejak semula” (Kis 15:17-18).
Alkitab menyatakan hal ini sebagai “sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya”(Ef 3:11). Ini adalah suatu tujuan yang tidak akan berubah (Ibr 6:17). Ketidakterbatasan-Nya terlihat dalam fakta bahwa “Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya”(Ef 1:11).

Tidak heran jika Kristus bisa menyatakan dengan yakin bahwa tak seekor pun burung pipit “akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu”(Mat 10:29), dan bahkan “rambut kepalamupun terhitung semuanya.” Karena Alkitab menyatakan bahwa keseluruhan system dari segala sesuatu yang ada dikendalikan oleh Allah (Ef 1:11), Alkitab juga menyatakan dengan tegas bahwa segala sesuatu, betapa pun kecil dan sepelenya, telah diatur sebelumnya oleh Allah dalam rencana-Nya yang sempurna. Bahkan kejadian yang tampaknya merupakan suatu kebetulan bisa (dan memang) dinubuatkan sebelumnya oleh nabi-nabi Allah (lihat 1 Raj 22:1-40, khususnya ayat 28,34,37).

Tindakan bebas (free action) manusia juga telah dipredestinasikan oleh Allah. perhatikan hal ini dengan saksama: tindakan-tindakan manusia adalah bebas sekaligus dipredestinasikan. Artinya, orang yang melakukan suatu tindakan, melakukannya karena keinginan diri sendiri, akan tetapi tindakan itu juga telah ditentukan sebelumnya oleh Allah sehingga Alkitab berkata bahwa hal-hal tersebut harus terjadi. Kristus berkata,”Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!”(Mat 18:7). Pernyataan ini mengakui dua hal: (1) kepastian bagi terjadinya hal-hal di masa depan, dan (2) bahwa orang-orang yang akan melakukan hal tersebut akan melakukannya secara bebas dan karenanya, ia berdosa. Karena itu, di dalam Kisah Para Rasul 2:23 kita membaca tentang Kristus yang “ yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya,” tetapi juga “kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka.” “Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus,…… untuk melaksanankan segala sesuatu yang telah Engkau tentukan dari semula oleh kuasa dan kehendak-Mu”(Kis 4:27-28).

Karena Allah telah menetapkan sebelumnya tindakan-tindakan jahat yang dilakukan secara bebas, maka Dia juga telah menetapkan sebelumnya perbuatan-perbuatan baik yang juga dilakukan secara bebas. Orang-orang Kristen bertobat, percaya, berupaya mengerjakan kehendak Allah karena mereka menginginkannya. Dalam hal ini “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya”(Flp 2:13). Di sini terdapat karya internal dari Roh Allah yang tidak dimiliki oleh orang-orang fasik. Tetapi bukan berarti orang yang benar (yang diperubahkan/converted) sebagaimana juga orang fasik (yang tidak diperubahkan/unconverted) tidak memiliki kebebasan dalam mengerjakan apa yang telah Allah tetapkan sebelumnya untuk mereka kerjakan.

Kebebasan bisa didefinisikan sebagai “tidak adanya pengaruh eksternal.” Jika seseorang tidak dipaksa oleh suatu kuasa dari luar dirinya untuk melakukan hal yang berlawanan dengan apa “yang ingin dia lakukan,” maka tepat bila kita mengatakan bahwa orang itu “bebas.” Hal yang mengagumkan dari predestinasi Allah adalah bahwa Allah sungguh-sungguh membiarkan manusia bebas dalam pengertian ini, meskipun Dia mempredestinasikan segala sesuatu yang akan dilakukan setiap orang. Sebagian besar orang mempergunakan kata “kebebasan” dalam arti yang lain, tetapi arti yang sangat keliru. Bagi mereka, “kebebasan” manusia berarti manusia memiliki kuasa untuk melakukan hal yang baik atau jahat kapan pun. Mengatakan bahwa manusia bisa melakukan yang baik dan yang jahat, sangatlah berbeda dari perkataan bahwa manusia merdeka untuk melakukan hal yang diinginkannya. Kita percaya manusia memiliki kemerdekaan tetapi bukan kemampuan untuk melakukan hal yang benar. Karena kebenaran yang ada adalah bahwa meskipun terbebas dari pengaruh “luar,” manusia tidak bebas dari kendali naturnya sendiri. Orang yang bernatur jahat pasti melakukan hal yang jahat (sama spt pohon yang tidak baik pasti menghasilkan buah yang tidak baik pula – Mat 7:17-19). Sebagaimana kita berkata bahwa Allah adalah baik dan karenanya tidak bisa melakukan hal yang jahat, maka kita bisa berkata bahwa manusia (secara natur) adalah jahat dan tidak dapat melakukan hal yang baik (dari dirinya sendiri).

Mengenai orang-orang yang tidak dipilih dan tidak diperubahkan, fakta bahwa mereka tidak pernah dilahirbarukan oleh Allah memastikan bahwa mereka akan mengerjakan hal yang jahat, dan alasannya sederhana, yaitu bahwa mereka ingin melakukannya (Kej 6:5; Maz 53). Mengenai kaum pilihan, Allah melahirbarukan, memanggil secara efektif dan memelihara dalam anugerah, dan karena mereka adalah ciptaan baru (dengan keinginan baru, nature baru), mereka akan melakukan hal yang benar yang telah Allah predestinasikan karena alasan yang sederhana pula, yaitu bahwa mereka ingin melakukannya. Dalam kedua hal di atas, sama sekali tidak ada pengaruh eksternal, tetapi kehendak Allah pasti tercapai. Bahkan di saat kuasa internal dipergunakan (bagi orang percaya), kuasa itu tidak memaksa orang untuk melakukan hal yang tidak ingin dia lakukan, tetapi sebaliknya, menciptakan kehendak baru yang sesuai dengan kehendak Allah.

Beberapa kalangan berpikir bahwa Allah membuat predestinasi berdasarkan apa yang telah Allah ketahui sebelumnya. Karena itu, banyak yang berpendapat bahwa Allah mempredestinasikan hidup kekal bagi orang-orang yang diketahui oleh-Nya akan berpaling kepada-Nya berdasarkan kekuatan mereka sendiri. Pandangan ini bertentangan dengan Alkitab yang secara jelas mengajarkan (1) bahwa tidak seorang manusia pun yang memiliki kuasa untuk melakukan hal ini secara alamiah, (2) bahwa sesungguhnya kuasa ini adalah anugerah Allah, dan (3) bahwa anugerah ini diberikan hanya kepada orang-orang yang Allah pilih untuk menerimanya. Karena itu, hal ini bukan menyangkut predestinasi atau pra-pengetahuan (foreknowledge) Allah. kita bisa berkata bahwa hal ini menyangkut predestinasi dan pra-pengetahuan Allah.

Hal ini bisa kita indikasikan dengan mengajukan dua pertanyaan sederhana: (a) Apakah Allah sungguh-sungguh mengetahui apa yang akan terjadi sebelum itu terjadi? Semua orang Kristen tanpa ragu akan menjawab “ya”
(b) jika Allah benar-benar tahu apa yang akan terjadi sebelum itu terjadi, maka kita boleh bertanya: apa yang membuatnya pasti? Hanya ada satu jawaban, Allah yang membuatnya pasti. Kita tidak bisa lari dari kesimpulan bahwa Allah melihat dengan kepastian karena Dia sendiri yang menjamin kepastian itu. Segala sesuatu dipredestinasikan Allah “yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya”(Ef 1:11). Allah melihat bahwa kaum pilihan-Nya akan “kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya”(Ef 1:4) dan bahwa mereka akan mengalami “Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percaya”(2 Tes 2:13). Tetapi semua itu ada di dalam pra-penglihatan Allah karena Dia “telah memilih kita sebelum dunia dijadikan”(Ef 1:4). Predestinasi-Nya merupakan penyebab kekudusan yang ada di dalam pra-penglihatan-Nya, Dia tidak memilih kita karena Dia mendapatkan pra-penglihatan bahwa kita akan percaya, tetapi Dia memiliki pra-penglihatan bahwa kita akan percaya karena Dia telah memilih kita. Hanya dengan demikianlah seluruh perbuatan [jasa]. Dari pihak manusia disingkirkan.(Ef 2:8-10)


Dikutip dari:
Judul: Pengakuan Iman Westminster
Pengarang: G.I.Williamson
Penerbit: Momentum

1 komentar:



Denis Desmanto mengatakan...

Shalom Gembala Sidang, Pendeta-pendeta dan Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan. Mari kita bersama-sama belajar membaca Shema Yisrael yang pernah dikutip oleh Yesus ( nama IbraniNya Yeshua/ ישוע ) di dalam Injil, yang dapat kita lihat di Markus 12 : 28 yang berasal dari Ulangan 6 : 4. Kalimat Shema Yisrael ini biasa diucapkan oleh orang Yahudi dalam setiap ibadah untuk mengungkapkan iman kepada satu Tuhan yang berdaulat dalam kehidupan mereka dan pada awalnya pun orang-orang yang percaya kepada Yesus dari bangsa-bangsa bukan Yahudi juga ikut serta dalam ibadah orang Yahudi di sinagoga.

Tanpa bermaksud untuk menyangkali keberadaan Bapa, Anak dan Roh Kudus yang juga telah berulangkali diungkapkan dalam Perjanjian Baru, berikut ini Shema Yisrael dengan huruf Ibrani dan cara membacanya dengan mengikuti aturan tata bahasa yang ada

Huruf Ibrani, " שְׁמַ֖ע יִשְׂרָאֵ֑ל יְהֹוָ֥ה אֱלֹהֵ֖ינוּ יְהֹוָ֥ה ׀ אֶחָֽד׃ "

( " Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad " )

Dilanjutkan dengan mengucap berkat berikut :

Huruf Ibrani, " בָּרוּךְ שֵׁם כְּבוֹד מַלְכוּתוֹ לְעוֹלָם וָעֶד "

( " Barukh Shem kevod, malkuto le'olam va'ed " )

( Diberkatilah Nama yang mulia, KerajaanNya untuk selama-lamanya )

🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜🕯️🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🕍✝️🗺️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🍷🥛🍯🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐍₪🇮🇱

Posting Komentar