Ambrosius


Ambrosius adalah salah seorang Bapa Gereja Barat (Latin) yang terkenal. Ia adalah seorang cendekiawan, diplomat, dan orator yang bersemangat, yang memiliki kepribadian yang tenang.

Ambrosius dilahirkan di Treves, daerah Rhein, pada tahun 340. Ayahnya bernama Aurelius Ambrosius, seorang prefek di Gaul, Perancis Selatan (red: prefek adalah bentuk otoritas rendah untuk suatu kawasan dalam Gereja Katolik Roma yang dibentuk dalam wilayah misi dan di negara yang belum memiliki keuskupan). Sesudah ayahnya meninggal, ibunya kembali ke Roma bersama dua orang saudaranya, yaitu Marselina dan Satyrus. Ambrosius belajar ilmu hukum di Roma dan kemudian membuka praktik sebagai pengacara bersama-sama abangnya, Satyrus, di Sirmium. Ia dibesarkan dalam keluarga Kristen, namun ia merasa cukup menjadi anggota katekumen dahulu. Baptisannya ditunda sesuai dengan kebiasaan pada masa itu.

Pada tahun 370, dia diangkat menjadi Gubernur Provinsi Italia Utara yang wilayahnya meliputi daerah-daerah Liguria, Emilia, dan ibu kotanya, Milano. Di sana terdapat seorang uskup yang bernama Auxentius. Tahun 373, Uskup Auxentius meninggal. Umat harus memilih seorang uskup baru. Di kalangan umat tidak tercapai suatu kesepakatan tentang siapakah yang mereka pilih untuk menjadi uskup mereka. Pada suatu hari, di gereja terjadi kegaduhan besar dalam hal pemilihan uskup. Untuk meredakan kegaduhan tersebut, Ambrosius dengan tergopoh-gopoh memasuki gereja. Tiba-tiba seorang anak kecil berteriak dengan suara yang keras sekali, "Ambrosius, uskup, Ambrosius, uskup," sehingga semua umat terkejut. Umat percaya bahwa Roh Kuduslah yang berbicara lewat anak kecil tersebut sehingga mereka memilih Ambrosius sebagai Uskup Milano secara aklamasi. Namun, Ambrosius tidak dipersiapkan untuk memangku jabatan gereja yang kudus dan mulia tersebut, terlebih lagi ia belum dibaptis. Persetujuan kaisar diperlukan agar ia dapat menjadi uskup. Kaisar Valentinianus tidak berkeberatan, sehingga Ambrosius dapat ditahbiskan menjadi Uskup Milano pada 7 Desember 374. Beberapa hari sebelum penahbisannya, Ambrosius dibaptiskan. Ia melepaskan kemuliaan duniawinya.

Pada abad ke-4, Milano menjadi tempat kediaman kaisar-kaisar Romawi Barat. Oleh karena itu, Ambrosius bukan hanya menjabat sebagai Uskup metropolitan Milano, tetapi juga sebagai penasihat keluarga kaisar. Pengaruhnya dalam masalah-masalah kegerejaan dan kekaisaran melebihi pengaruh Uskup Roma. Karya keuskupannya berhubungan erat dengan tiga orang Kaisar Romawi. Ia berjuang dengan gigih untuk memertahankan hak-hak dan kewibawaan gereja di hadapan kaisar. Tuntutannya adalah agar kaisar menjadi pembela kepentingan gereja. Kaisar disebutnya sebagai prajurit Kristus. Tahun 375, Kaisar Valentinianus meninggal dan diganti oleh anaknya, Gratianus. Ambrosius memersembahkan dua karya teologis, yaitu "De Fide" (Mengenai Iman) dan "De Spiritu Sancto" (Mengenai Roh Kudus), kepada Kaisar Valentinianus.

Kaisar Gratianus menolak gelar Pontifex Maximus pada tahun 383 dan memerintahkan agar Altar Victoria dikeluarkan dari gedung senat Roma karena pengaruh Ambrosius. Pemimpin-pemimpin agama Roma Kuno tidak senang dengan tindakan sang kaisar. Di bawah pimpinan Quintus Aurelius Symmachus, seorang pejabat tinggi dalam istana kaisar menyampaikan sebuah petisi kepada kaisar agar Altar Victoria dikembalikan ke dalam gedung senat. Kaisar ragu-ragu dan nampaknya akan mengabulkan permohonan tersebut. Ambrosius segera menulis surat kepada kaisar agar kaisar menolak permohonan tersebut. Suratnya antara lain berbunyi: "Semua orang yang hidup di bawah pemerintahan Roma melayani engkau. Engkau adalah kaisar dan raja di atas dunia. Namun dirimu sendiri harus melayani Allah yang Mahatinggi dan Imam Yang Kudus .... Saya heran bagaimana beberapa orang bisa berpikir bahwa engkau akan memerbolehkan membangun kembali altar ilah-ilah kafir."

Gratianus dibunuh di Lyons pada tahun 383 oleh Magnus Maximus, komandan tentara Romawi di Inggris. Untuk beberapa tahun, Maximus berkuasa di Gaul, sedangkan Milano diperintah oleh Valentinianus II, adik Gratianus. Valentianus baru berumur 12 tahun, sehingga roda pemerintahan dikuasai oleh ibunya, Yustina. Yustina adalah seorang yang bersimpatik kepada golongan Arianisme. Golongan Arianisme meminta kepadanya agar diberikan sebuah gedung gereja di pinggir kota. Sekali lagi, Ambrosius campur tangan. Ia menasihatkan kaisar agar permintaan golongan Arianisme ditolak. Pada tahun-tahun ini, Ambrosius juga berhubungan dengan Augustinus. Augustinus bertobat dan dibaptiskan oleh Ambrosius di Milano pada tahun 387.

Maximus kemudian mengadakan penyerangan ke Italia. Yustina dan Valentinianus melarikan diri dari Milano. Namun, Maximus dikalahkan oleh Theodosius dan dibunuh pada tahun 388.

Ambrosius memunyai hubungan yang erat dengan Kaisar Theodosius. Sekalipun demikian, ia tetap mengecam kebijakan-kebijakan politis Theodosius yang berlawanan dengan kehendak Allah. Pada tahun 390, terjadi huru-hara di kota Tesalonika. Rakyat membunuh panglima kota itu. Theodosius mengirim tentara ke Tesalonika dan mengumpulkan penduduk di gelanggang seolah-olah untuk menonton pertunjukkan. Tiba-tiba tentara membunuh mereka dengan membabi buta. Tujuh ribu orang yang tidak berdosa terbunuh. Peristiwa ini didengar oleh Ambrosius. Ia menulis surat yang keras kepada Kaisar Theodosius. Kaisar dituntut mengakui dosanya di hadapan umum. Jika tidak, maka kaisar tidak diperkenankan mengikuti perjamuan Ekaristi. Jika kaisar ke gereja, maka Ambrosius akan meninggalkan gereja. Dalam suratnya itu, Ambrosius menulis antara lain sebagai berikut: "Bagaimana mungkin engkau memasuki gereja? bagaimana mungkin engkau berdoa sementara tanganmu berlumuran dengan darah pembunuhan? Bagaimana mungkin tanganmu yang demikian dapat menerima tubuh Tuhan yang Mahakudus itu? Bagaimana mungkin engkau dapat meminum darah-Nya yang Mahakudus itu? Janganlah menambah kejahatan di atas kejahatan."

Kemudian Ambrosius meminta kepada Theodosius untuk mengikuti contoh Daud mengakui dosa perzinahannya. Pada akhirnya, Kaisar Theodosius tunduk kepada tuntutan Uskup Ambrosius. Kaisar mengakui dosanya di hadapan umum. Sejak saat itu, hubungan Theodosius dengan Ambrosius menjadi baik sekali. Theodosius menyatakan bahwa baru sekarang ia menemukan seorang manusia yang menyatakan kepadanya kebenaran, dan hanya Ambrosius yang layak menjadi uskup. Kaisar Theodosius meninggal pada tahun 395 dalam tangan uskupnya, Ambrosius.

Dua tahun setelah meninggalnya Kaisar Theodosius, Ambrosius jatuh sakit. Setelah ia menerima sakramen yang terakhir, maka pada 4 April 397, Ambrosius menghembuskan napasnya yang terakhir. Jenazahnya dikuburkan dalam gereja yang sekarang dikenal dengan nama Gereja St. Ambrogio di Milano.

Dalam bidang liturgi, Ambrosius dikenal dengan liturgi ciptaannya untuk jemaat Milano. Liturgi itu bernama "Liturgia Ambrosius". Ambrosius juga dikenal sebagai pencipta lagu-lagu. Lagu-lagunya dikenal dengan sebutan "lagu Ambrosian".

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja
Penulis : Dr. F.D. Wellem, M.Th.
Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta 1999
Halaman : 4 -- 6

Sumber: Bio-Kristi 30

Selengkapnya...

Cyprianus


Cyprianus merupakan sosok yang menarik, terutama sebagai manusia yang jujur dan seorang uskup yang dengan ramah dan bijaksana memimpin jemaatnya. Cyprianus dilahirkan sebagai putra dari satu keluarga yang kaya raya di Kartage, Afrika Utara, sekitar tahun 200/220. Orang tuanya beragama kafir. Ia memperoleh pendidikan yang biasa diperoleh anak orang kaya pada masa itu, yaitu retorika. Secara formal, tugas seorang ahli pidato hanyalah mengucapkan pidato pada upacara resmi, tetapi orang-orang yang fasih lidah dengan mudah mendapat jabatan yang tinggi dalam negara. Cyprianus sangat dihargai karena kefasihannya.

Kira-kira pada tahun 246, pada umur sekitar 40 tahun, Cyprianus bertobat menjadi Kristen berkat hubungannya dengan seorang pendeta bernama Caecilius. Untuk menghormati pendeta itu, pada waktu Cyprianus dibaptis, ia menambahkan nama pendeta itu pada namanya, menjadi Caecilius Thascius Cyprianus.

Dalam bukunya, "Ad Donatum" (Kepada Donatus), Cyprianus melukiskan bagaimana kehidupannya sebelum bertobat menjadi Kristen sebagai berikut: "Bagaikan orang buta, waktu itu saya lari ke kiri dan ke kanan, tanpa tujuan pada malam gelap gulita, diombang-ambingkan di atas lautan dunia yang bergelora. Saya melayang-layang tanpa pengetahuan yang benar tentang hidup, jauh dari kebenaran dan terang. Melihat tingkah laku saya waktu itu, saya merasa berat dan mustahil untuk melaksanakan perintah Allah yang merupakan jalan keselamatan."

Sesudah Cyprianus menerima sakramen baptisan yang kudus, ia pun bertobat secara radikal. Harta miliknya dibagi-bagikan kepada orang miskin. Lalu, 2 tahun kemudian sesudah dibaptis (248), Cyprianus dipilih sebagai uskup jemaat Kartage, ibukota provinsi Afrika Utara. Tidak lama ia menggembalakan jemaat dengan tenang. Pada tahun 249, Kaisar Decius naik takhta. Decius adalah seorang yang bersemangat, yang ingin menyelamatkan kekaisaran Romawi yang sudah hampir runtuh akibat serangan-serangan bangsa-bangsa Jerman. Untuk menyelamatkan kekaisaran Romawi, terlebih dahulu perlu dipastikan loyalitas seluruh rakyat. Orang-orang Kristen diduga tidak setia kepada negara, sebab mereka tidak ikut dalam kultus kaisar. Barangkali, tidak ikutnya orang Kristen dalam kultus kaisar menyebabkan para dewa marah terhadap kekaisaran.

Mulailah penghambatan hebat, yang terutama ditujukan kepada pemimpin-pemimpin gereja. Cyprianus menganggap baik untuk melarikan diri dari Kartage dan bersembunyi supaya jemaat kehilangan pemimpinnya. Tindakan ini dikecam oleh para klerus Romawi sebagai tindakan yang kurang berani, tetapi ternyata kemudian tindakan ini bijaksana. Cyprianus menggembalakan jemaatnya dari persembunyiannya dengan jalan surat-menyurat. Setelah Decius meninggal, maka Cyprianus kembali memimpin jemaatnya. Timbullah perselisihan dalam gereja mengenai mereka yang murtad dalam penghambatan, tapi telah menyesal dan ingin kembali ke dalam persekutuan gereja.

Pada umumnya, jemaat memunyai dua sikap. Sikap yang pertama adalah jemaat tidak mau menerima mereka kembali, dan sikap yang kedua adalah menerima kembali tanpa syarat apapun. Cyprianus memilih jalan tengah, yaitu orang-orang yang murtad itu diterima kembali setelah menjalani masa penyesalan yang lama.

Dalam tahun-tahun terakhir hidupnya, Cyprianus berselisih dengan Stephanus, uskup Roma, mengenai sah atau tidaknya baptisan gereja bidat. Menurut Cyprianus, baptisan gereja bidat tidak sah. Sebaliknya, Stephanus berpendapat bahwa baptisan gereja bidat adalah sah. Dasar pendapat Cyprianus adalah tidak seorang pun di luar gereja dapat melayankan sakramen. Gereja bidat berada di luar gereja, di luar uskup, bahkan mereka bukanlah orang Kristen. Cyprianus berkata, "Uskup dalam gereja dan gereja dalam uskup dan jika ia tidak bersama uskup maka ia tidak berada dalam gereja." Tidak ada keselamatan di luar gereja (Extra ecclesiam nulla sallus), demikian pendapat Cyprianus. Gereja adalah ibu orang percaya.

Stephanus mau memaksa gereja di Afrika untuk mengikuti tradisi jemaat Roma sebagai tradisi universal. Untunglah bahwa segera sesudah pertentangan ini dimulai, Stephanus meninggal dunia dan tidak lama kemudian Cyprianus meninggal sebagai martir, sehingga tidak sampai terjadi perpecahan antara jemaat Roma dengan gereja di Afrika.

Untuk pertama kalinya, muncul dalam pertentangan ini soal primat yurisdiksi dari uskup Roma. Persoalan primat uskup Roma dibahas oleh Cyprianus dalam bukunya, "De Unitate Ecclesiae" (Kesatuan Gereja). Ia mengatakan bahwa uskup adalah wakil dan jaminan kesatuan gereja karena dia dihubungkan dengan teman-teman dalam jabatan uskup oleh karena dasar jabatannya yang sama, yaitu jabatan para rasul. Dari antara para rasul, Petruslah yang memunyai posisi khusus karena kepadanya diserahkan kuasa untuk melepaskan dan mengikat. Karena kuasa itu diserahkan oleh Kristus, dan hanya kepada satu orang rasul saja, maka itu berarti kesatuan gereja ditetapkan oleh Kristus. Akan tetapi, Cyprianus tidak sampai menyimpulkan tentang kuasa yurisdiksi Petrus terhadap rasul-rasul yang lain. Demikian juga ia tidak menyimpulkan bahwa kuasa khusus Petrus diserahkan kepada penggantinya, yaitu uskup Roma. Jemaat Roma dihormati secara istimewa karena Petrus bekerja dan mati di sana. Hak uskup Roma untuk mengadakan campur tangan langsung dalam jemaat lain dengan memberi perintah, ditolak oleh Cyprianus.

Pada tahun 257, penghambatan pecah lagi di bawah pemerintahan Kaisar Valerianus. Sekarang Cyprianus tidak berusaha untuk melarikan diri lagi. Cyprianus diadili oleh Gubernur Afrika, Paternus, dalam balai di Kartago. Dengan berani, Cyprianus mengakui dirinya sebagai seorang Kristen dan uskup. Cyprianus berkata sebagai berikut: "Saya seorang Kristen dan uskup. Saya tidak mengakui dewa-dewa lain di samping Allah yang satu dan benar itu, yang menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Kami orang Kristen mengabdi kepada Allah; kepada Dia kami berdoa siang dan malam untuk kami dan untuk semua orang dan untuk keselamatan kaisar-kaisar sendiri."

Karena pengakuan ini, Cyprianus dibuang ke kota Curubis dan ia berdiam di sana beberapa waktu lamanya. Kemudian Paternus diganti oleh Galerius Maximus yang memanggil Cyprianus untuk diadili sekali lagi. Cyprianus tetap berpegang kepada kepercayaannya. Maximus menjatuhkan hukuman mati kepada Cyprianus dan dijawabnya dengan mengatakan: "Syukur kepada Allah" Cyprianus menjalani hukuman mati sebagai martir pada tanggal 14 September 258.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul asli artikel : Cyprianus
Judul buku : Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh dalam Sejarah Gereja
Penulis : Drs. E.D. Wellem, M.Th.
Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta 1999
Halaman : 84 -- 86

Sumber: Bio-Kristi 38

Selengkapnya...

Clement dari Alexandria


Clement dari Alexandria (Titus Flavius Clement) yang hidup kira-kira pada tahun 150 -- 215 adalah filsuf Kristen pertama dan salah satu guru yang paling terkenal di Gereja Alexandria (Church of Alexandria). Dia terkenal karena usahanya menyatukan filosofi Yunani dengan ajaran-ajaran Kristen dan menarik sejumlah besar penyembah berhala ke gereja. Semangatnya terhadap filosofi, khususnya pada ajaran-ajaran Plato, berperan besar dalam penyebaran agama Kristen di Yunani. Dari dulu hingga sekarang, ia dianggap sebagai tokoh yang sangat tidak ortodoks dan kontroversial dalam sejarah gereja.

Biografi

Titus Flavius Clement lahir kira-kira pada pertengahan abad ke-2. Beberapa ahli menyebut Athena sebagai tempat kelahirannya dan hal ini didukung dengan karakter klasik Yunani pada dirinya. Orang tuanya adalah pemuja berhala yang kaya dan memiliki beberapa kedudukan sosial. Clement pernah tinggal di Yunani, Italia, dan Palestina sebelum akhirnya menetap di Mesir. Saat mencari seorang guru rohani, dia datang kepada Pantaenus, kepala sekolah katekis di Alexandria, dan akhirnya meneruskannya menjadi direktur sekolah itu. Clement mengajarkan Injil dan doktrin Kristen kepada orang-orang yang akan baptis, mengundang orang-orang yang menyembah berhala dan petobat baru untuk mendengarkan ajarannya. Salah satu muridnya yang paling terkenal adalah Origen. Pada tahun 202, Kaisar Roma, Septimius Severus, mulai menganiaya orang-orang Kristen dengan lebih kejam dan menutup sekolah katekis di Alexandria, memaksa Clement untuk meninggalkan Asia Minor. Dia diyakini meninggal kira- kira sebelum tahun 215.

Karya Literatur

Karya trilogi yang mewakili ide-ide terpenting Clement adalah susunan Protreptikos (Exhortation to Conversion/Nasihat untuk Bertobat), Paidagogos (Moral Tutor/Ajaran Moral), dan Stromateis (Miscellany/Bunga Rampai). Dalam karya literaturnya yang berani, Clement berusaha memajukan kekristenan untuk orang-orang percaya dalam bentuk literatur sekuler tradisional. Ada kemajuan sistematis dalam tiga karya utama ini: yang pertama ditujukan kepada para penyembah berhala yang belum bertobat, yang kedua untuk orang-orang Kristen baru, dan yang ketiga orang-orang percaya yang sudah mencapai kedewasaan iman.

Protreptikos berbentuk suatu pendahuluan yang mengajak pembaca untuk mendengarkan, bukan mendengarkan legenda- legenda mistis tentang dewa-dewi, tetapi "lagu baru" tentang "Logos", awal dari segala sesuatu dan pencipta dunia. Dia mengungkapkan apa yang dia sebut kebodohan penyembahan berhala dan misteri-misteri penyembahan berhala, praktik-praktik homoseks orang- orang Yunani yang memalukan, dan horor korban persembahan kepada berhala. Dia berpendapat bahwa para filsuf dan penyair Yunani hanya menebak kebenaran, sedangkan para nabi memberikan jalan langsung pada keselamatan, dan kini Logos yang ilahi menyatakan secara langsung akan membangkitkan semua hal baik dalam jiwa seseorang dan membimbingnya menuju kekekalan.

Setelah hal-hal tersebut di atas menjadi dasar pengetahuan kebenaran yang sejati, dalam Paidagogos, Clement membangun etika kristen yang lebih sistematis. Dia berbicara tentang "paidagogos" atau tutor sebagai Logos ilahi yang menuntun orang- orang Kristen bahkan dalam kegiatan sehari-hari yang paling biasa sekalipun, seperti makan dan tidur. Seperti Stoic Epictetus, Clement percaya bahwa kebajikan yang sejati menunjukkan dirinya sendiri melalui bukti-bukti eksternal yang muncul dalam cara hidup orang- orang percaya yang alami, sederhana, dan moderat.

Stromateis berbicara lebih jauh lagi. Yang dituju adalah kesempurnaan hidup orang-orang Kristen dari awal hingga pengetahuan yang utuh. Stromateis berusaha, berdasarkan Alkitab dan tradisi, memberikan penjelasan iman Kristen yang bisa menjawab segala tuntutan orang-orang terpelajar dan memimpin para pelajar ke dalam realita terdalam keyakinannya. Clement memberinya judul Stromateis karena karya ini berhubungan dengan berbagai macam hal. Dia bermaksud membuat satu buku saja sebenarnya, tetapi pada kenyataannya setidaknya ada tujuh buku yang dihasilkan, itu pun tidak semua subjek dipaparkan. Tidak adanya hal-hal tertentu yang telah dijanjikan telah mendorong para ahli untuk mempertanyakan apakah dia menulis buku kedelapan, dan berbagai usaha telah dilakukan untuk mengetahuinya, termasuk ditelitinya potongan- potongan pakta yang ada bersama jenazahnya. Kutipan-kutipan yang disangka buku kedelapan pada naskah Stromata abad ke-11 bukanlah bagian dari Hypotyposes yang ditulis oleh Clement.

Selain trilogi luar biasa itu, satu-satunya karya lengkap yang dirawat adalah traktat yang berjudul "Who is the Rich Man that Shall Be Saved?" (Siapakah Orang Kaya yang Akan Diselamatkan?). Traktat ini didasarkan pada Markus 10:17-31 dan memberikan prinsip bahwa bukan kekayaan mereka yang akan membuat mereka mendapatkan penghukuman, namun penyalahgunaan kekayaan itu. Ada juga beberapa penggalan traktat tentang "Passover" (perayaan Paskah kaum Yahudi), yang menentang posisi Quartodecimanism Melito of Sardis dan hanya satu bagian dari "Ecclesiastical Canon" yang menentang kaum Judaizer. Beberapa karya lain hanya diketahui judulnya saja.

Kontribusi Untuk Teologi Kristen

Kontribusi utama Clement bagi perkembangan doktrin gereja adalah usahanya untuk merekonsiliasi ajaran-ajaran Kristen dengan para filsuf Yunani kuno. Dia sendiri adalah sosok yang kompleks. Hal ini dapat dilihat saat ia menoleransi dan bahkan merangkul filosofi non-Kristen. Ini adalah sifat khas yang dimilikinya, bahwa dia hanya melihat permukaan dan ketidaksetujuan yang sifatnya sementara saja saat orang lain menemukan pertentangan yang mendasar. Clement bisa merekonsiliasi, dan bahkan menyatukan, pandangan-pandangan yang berbeda sampai kepada batas yang membuat upaya untuk menghubungkannya dengan sistem individual tertentu menjadi tidak mungkin dilakukan. Dia mengganti metode apologetik dengan metode konstruktif atau sistematik, mengubah tradisi gereja yang sederhana menjadi teologi dogmatik yang ilmiah.

Pada masa Clement, banyak orang menganggap bahwa filosofi adalah ciptaan Iblis. Yang lain memandang para filsuf sebagai orang yang tidak normal, dan Clement sendiri mengatakan bahwa para filsuf berutang banyak pengetahuan terhadap tulisan- tulisan dalam Perjanjian Lama. Namun, dia mengatakan, "bahwa filosofi pada dasarnya adalah tuntunan Allah" (Stromateis i, I). Clement melihat filosofi Yunani bukan sebagai sesuatu yang tidak relevan atau bertentangan dengan kekristenan, tetapi sebagai suatu tahap awal pewahyuan kebenaran Tuhan untuk umat manusia melalui Logos yang terus berlangsung. Seperti hukum Musa yang merupakan "paidagogos" bagi orang-orang Yahudi yang menyiapkan mereka untuk menerima Mesias, Clement percaya bahwa Tuhan juga menggunakan filosofi untuk menginformasikan orang-orang Yunani dan akhirnya memimpin mereka kepada kepenuhan kebenaran di dalam Kristus. Pewahyuan yang diberikan melalui hukum dan nabi-nabi pada masa Perjanjian Lama, apalagi pewahyuan langsung dari inkarnasi Logos dalam Kristus Yesus, jauh melebihi pengetahuan Yunani kuno.

Namun, Clement tidak menerima semua sekolah filosofi Yunani; dia mencela kaum Sophist dan Hedonist dari sekolah sekolah Epicurus. Meski umumnya sikapnya menunjukkan ketidaksetujuannya dengan segala hal yang berkaitan dengan Stoicisme, dia dengan jelas menaruh hormat pada perpaduan Stoicisme dan Platonisme yang mengarakterisasi pemikiran religius dan etis para golongan terpelajar pada masanya. Dalam ekspresi etisnya, dia sangat dipengaruhi oleh Plato dan Stoic (sebuah sekolah filosofi) dan banyak menggunakan terminologi mereka. Clement memuji Plato karena menegaskan tujuan utama manusia dalam hidup adalah menjadi serupa dengan Tuhan. Dia melihat deskripsi Plato tentang Tuhan yang transenden dan tidak berwujud adalah akurat dan sesuai dengan Alkitab. Pengajarannya juga melibatkan etika bersikap Stoic, penekanan keinginan, dan pemenuhan kewajiban moral, dan deskripsinya tentang Gnostic yang sempurna sangat mirip dengan definisi Stoic tentang manusia yang bijaksana. Clement menasihati murid-muridnya untuk membuang rantai kedagingan sejauh mungkin, agar hidup seolah- olah di luar tubuh, dan dengan demikian, semakin meninggalkan hal- hal duniawi. Dia adalah orang Yunani sejati dalam bersikap, namun sikap idealnya yang tertinggi adalah pembekuan segala kasih yang mungkin saja menganggu jiwa dalam kariernya. Clement merangkul cita- cita etis-religius yang tinggi ini sebagai keberhasilan dari kesempurnaan manusia dalam kesatuannya dengan Tuhan -- yang filosofi Yunani, sejak zaman Plato, sudah upayakan -- dan menghubungkannya dengan kekristenan dan tradisi gereja. Baginya, masuk akal bila kesimpulan filosofis orang-orang Yunani sangat mirip dengan keyahudian mereka. Dia percaya, semua manusia diberkati oleh Tuhan dengan "pikiran untuk berbagi" -- suatu intuisi alami yang mencari kebenaran dan kebajikan. Tuhan juga menyatakan kebenaran-Nya kepada semua orang dari segala zaman melalui pewahyuan ilahi.

Clement juga menekankan kepentingan permanen filosofi bagi kepenuhan pengetahuan Kristen. Dengan sukacita, dia menjelaskan hubungan antara pengetahuan dan iman, dan dia dengan tajam mengkritik mereka yang tidak mau memanfaatkan filosofi. Dia menjelaskan pentingnya pemahaman rohani yang lebih tinggi, atau "gnosis", yang dengan jelas dia bedakan dari "gnosis" yang ditegaskan oleh Gnostic. Dia mengajarkan bahwa iman adalah dasar dari segala pengetahuan dan keduanya itu diberikan kepada manusia oleh Kristus. Seperti Plato, Clement memandang dunia sebagai suatu organisme utuh yang kemudian dapat dilihat oleh manusia. Pengetahuan yang lebih besar akan Tuhan dan dunia memungkinkan orang-orang percaya untuk benar-benar memahami apa yang dia percayai, dan inilah kesempurnaan iman. Untuk mencapai "pengetahuan iman" ini, yang jauh lebih tinggi dari filosofi "iman perkiraan", benar-benar diperlukan. Bahkan, Clement menganggap kekristenan sebagai filosofi yang benar dan Kristen yang sempurna adalah "Gnostic" yang sejati. Termasuk dalam filosofi yang benar ini adalah kebebasan dari dosa dan pencapaian kebajikan. Karena semua dosa berakar dari ketidaktaatan, maka pengetahuan akan Tuhan dan kebaikan diikuti oleh tindakan yang baik. Dia menolak konsep Gnostic tentang predestinasi mutlak dan perbedaan antara orang "psychic" (mental) dan "pneumatic" (jiwa). Dia percaya pada kebebasan untuk melakukan hal-hal baik -- bahwa semua orang ditakdirkan untuk sempurna bila mereka mau melakukannya.

Clement memahami gnosis Kristen ini sebagai karya Logos, yang melaluinya hubungan Tuhan dengan dunia dan pewahyuan-Nya dipelihara. Dia memandang Tuhan secara transenden sebagai suatu Makhluk yang utuh. Meski kebaikan-Nya beroperasi dalam penciptaan bumi, esensi keilahian-Nya kekal, cukup, dan mampu menanggung penderitaan. Logos adalah yang paling dekat dengan Bapa, yang kekuatan-Nya berasal dari Diri-Nya sendiri, tetapi baik Anak maupun Roh Kudus adalah "kuasa yang pertama diciptakan". Mereka adalah tahap-tahap yang tertinggi dalam skala makhluk cerdas, dan Clement membedakan Logos-Anak dari Logos yang keberadaannya di dalam Tuhan adalah kekal, dan ini menjadi dasar tindakan Photius yang "menurunkan Anak dalam deretan mahkluk ciptaan". Logos terpisah dari dunia sebagai prinsip penciptaan dan penuntun. Jadi, hidup yang alami adalah hidup seturut kehendak Logos. Deskripsi Clement tentang inkarnasi agak bersifat Docetic meski ia menolak Gnostic Docetism. Dia mengatakan bahwa Tubuh Kristus bukanlah subjek bagi kebutuhan manusia. Kristus adalah Dokter yang baik, dan obat yang Dia berikan adalah menyampaikan gnosis yang menyelamatkan, yang membawa manusia dari penyembahan berhala menuju kepada iman dan dari iman ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.

Bagi Clement, cara untuk bersatu dengan Allah hanyalah melalui gereja. Penyampaian gnosis diikat oleh ordo kudus, yang memberikan cahaya dan kehidupan yang ilahi, dan iman sederhana dari orang Kristen yang sudah dibaptis berisi seluruh inti pengetahuan tertinggi. Melalui Ekaristi, orang-orang percaya disatukan dengan Logos dan Roh Kudus dan mencetak orang-orang yang jujur. Meskipun Clement pada awalnya memberikan konsep rohani yang masih murni tentang gereja, urgensi kontroversinya dengan Gnostic memaksanya untuk lebih menekankan gereja sebagai institusi resmi.

Suatu kutipan dari "Mar Saba letter", yang dipertalikan dengann Clement dari Alexandria, adalah satu-satunya bukti kemungkinan adanya "Secret Gospel of Mark" (Injil Rahasia Markus).

Beberapa teolog dan pengurus gereja pada masa selanjutnya menentang pandangan-pandangan Clement. Meski hari peringatannya secara tradisional diperingati pada 4 Desember, Paus Clement VIII menghapus nama Clement dari martirologi Roma karena tulisan-tulisannya yang tidak ortodoks. (t/Ratri)

Diterjemahkan dari:

Judul asli artikel : Clement of Alexandria
Penulis : Tidak dicantumkan
Nama situs : New World Encyclopedia
Alamat URL : www.newworldencyclopedia.org

Sumber: Bio-Kristi 42

Selengkapnya...

Origenes



Pada awalnya, kekristenan dicemooh sebagai agama orang-orang miskin dan tidak terpelajar, dan memang sesungguhnya banyak penganutnya datang dari kalangan rendah. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Rasul Paulus, bahwa di gereja "untuk ukuran manusia, tidak banyak orang bijak, tidak banyak orang berpengaruh, tidak banyak orang terpandang" (1 Kor.1:26).

Namun menjelang abad ketiga, cendekiawan terhebat pada masa itu adalah seorang Kristen. Baik karir, penganut ajaran sesat maupun orang Kristen, semuanya mengagumi Origenes. Ia memunyai pengetahuan luas dan ilmu yang tinggi, yang berpengaruh penting bagi pemikiran Kristen pada kemudian hari.

Origenes lahir di Alexandria pada tahun 185. Ia berasal dari keluarga Kristen yang saleh. Kira-kira pada tahun 201, ayahnya Leonidas dipenjarakan dalam satu gelombang penyiksaan oleh Septimus Severus. Origenes pun menulis surat kepada ayahnya di penjara agar tidak memungkiri Kristus demi keluarganya. Meskipun Origenes ingin menyerahkan diri kepada penguasa agar dapat menjadi martir bersama-sama dengan ayahnya, namun ibunya mencegahnya dengan menyembunyikan pakaiannya.

Setelah Leonidas mati sebagai martir, hartanya disita dan jandanya terlantar dengan 7 orang anak. Origenes pun mulai menanggulangi keadaan dengan bekerja sebagai guru kesusastraan Yunani dan penyalin naskah. Karena banyak di antara cendekiawan senior telah meninggalkan Alexandria dalam gelombang penyiksaan, maka sekolah kateketik Kristen sangat membutuhkan tenaga pengajar. Pada usianya yang ke-18, Origenes pun memangku jabatan kepala sekolah tersebut dan memulai karier mengajarnya yang panjang termasuk belajar dan menulis.

Ia menjalani kehidupan asketis, menghabiskan waktunya pada malam hari dengan belajar dan berdoa, serta tidur di lantai tanpa alas. Mengikuti titah Yesus, ia memiliki hanya satu jubah dan tidak memunyai alas kaki. Ia bahkan mengikuti Matius 19:12 secara harfiah; mengebiri dirinya untuk mencegah godaan jasmani. Origenes berhasrat setia pada gereja dan membawa kehormatan bagi nama Kristus.

Sebagai seorang penulis yang sangat produktif Origenes dapat membuat tujuh sekretarisnya sibuk dengan dikteannya. Ia telah menghasilkan lebih dari 2.000 karya, termasuk tafsiran-tafsiran atas setiap buku dalam Alkitab serta ratusan khotbah. Karyanya "Hexapla" merupakan prestasi dalam bidang kritik teks. Di dalamnya, ia mencoba menemukan terjemahan Yunani yang terbaik bagi Perjanjian Lama dan dalam enam kolom sejajar ia membentangkan Perjanjian Lama Ibrani, sebuah transliterasi Yunani, tiga terjemahan Yunani dan Septuaginta. "Against Celsus" adalah karya besar yang merupakan pertahanan bagi kekristenan terhadap serangan kafir. "On First Principles" merupakan upaya pertamanya dalam teologi sistematis; di sini Origenes dengan saksama meneliti keyakinan Kristen tentang Allah,Kristus,Roh Kudus,penciptaan,jiwa,kemauan bebas,keselamatan dan Kitab Suci.

Origenes bertanggung jawab atas peletakan dasar-dasar penafsiran alegoris terhadap Kitab Suci yang berpengaruh pada abad-abad pertengahan. Pada setiap teks, ia percaya ada tiga tingkat pengertian: pengertian harfiah, pengertian moral, yaitu untuk memperbaiki jiwa, dan pengertian alegoris atau pengertian rohani, yakni pengertian tersirat yang penting untuk iman Kristen. Origenes sendiri mengabaikan makna harfiah atau gramatikal-historis teks dan lebih menekankan makna alegoris.

Origenes berupaya menghubungkan kekristenan dengan ilmu pengetahuan dan filsafat pada masanya. Ia percaya bahwa filsafat Yunani merupakan persiapan untuk memahami Kitab Suci dan secara analogi, yang kemudian dianut Augustinus, bahwa khazanah pengetahuan orang kafir digunakan oleh orang Kristen, seperti orang Israel "merampasi orang Mesir itu" (Kel.12:35-36).

Dalam mempelajari filsafat Yunani, Origenes telah mengambil banyak gagasan Plato yang sangat asing dengan kekristenan Ortodoks. Dari kesalahan-kesalahannya yang paling mencolok adalah paham Yunani bahwa benda dan dunia ini jahat. Ia percaya akan eksistensi roh sebelum lahir dan mengajarkan bahwa keberadaan manusia di atas bumi ini ditentukan oleh perilakunya ketika dalam keadaan praeksistensi (sebelum lahir). Ia menolak paham kebangkitan daging dan mempertimbangkan gagasannya bahwa akhirnya Allah akan menyediakan keselamatan bagi semua manusia dan malaikat. Karena Allah tidak mungkin menciptakan bumi ini tanpa berhubungan langsung dengan zat awal, maka Sang Bapa memperanakkan Putra-Nya untuk menciptakan bumi yang abadi ini. Ketika Sang Putra mati di kayu salib, maka itu hanya kemanusiaan Yesus yang mati sebagai tebusan bagi iblis atas kejahatan dunia.

Karena kesalahan-kesalahan semacam ini, maka Uskup Demetrius dari Alexandria mengadakan sidang yang mengekskomunikasi Origenes dari Gereja. Meskipun Gereja Roma dan Barat menerima ekskomunikasi ini, namun Gereja di Palestina dan sebagian besar Gereja Timur tidak menerimanya. Mereka masih mencari Origenes karena pengetahuan, kebijaksanaan, dan kecendekiawanannya.

Dalam gelombang penyiksaan pada masa Decius, Origenes dipenjarakan, disiksa dan diputuskan untuk dihukum mati pada tiang. Tetapi hukuman itu tidak terlaksana karena kaisar telah meninggal dunia. Karena penderitaan (batin) inilah Origenes jatuh sakit, kemudian meninggal sekitar tahun 251. Ia telah berbuat banyak, lebih daripada yang orang lain pernah lakukan untuk meningkatkan pemikiran Kristen dan membuat Gereja dihormati di mata dunia. Pada kemudian hari, Bapa Gereja di Barat maupun di Timur merasakan pengaruhnya. Keanekaragaman pikiran dan tulisannya telah membawa reputasi baginya sebagai bapa ortodoksi dan bapa ajaran sesat.

Diambil dari:

Judul artikel : Origenes Mulai Menulis
Judul buku : 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen
Penulis : A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang, & Randy Petersen
Penerjemah : A. Rajendran
Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1991
Halaman : 12 -- 14

Sumber: Bio-Kristi 47

Selengkapnya...

Yang Terbesar ialah KASIH!

* 1 Korintus 13:1-13
13:1 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
13:2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
13:3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
13:4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
13:6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
13:7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
13:8 Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
13:9 Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.
13:10 Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.
13:11 Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
13:12 Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.
13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.



1 Korintus 13:1-13 adalah bentuk syair nyanyian yang terkenal yang memuji-muji kasih adalah hal "yang paling besar, paling kuat, paling dalam" yang pernah ditulis Rasul Paulus. Nyanyian ini memiliki keindahan sastra dan irama. Kasih ('agapê') adalah kata yang khas dipakai oleh umat Kristiani. Dalam Roma 5:8 Paulus telah memberikan suatu pengertian :


* Roma 5:8
LAI TB, Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
NKJV, But God demonstrates His own love toward us, in that while we were still sinners, Christ died for us.
TR, συνιστησιν δε την εαυτου αγαπην εις ημας ο θεος οτι ετι αμαρτωλων οντων ημων χριστος υπερ ημων απεθανεν
Translit. interlinear, sunistêsin {menunjukkan} de {tetapi} tên eautou {-Nya sendiri} agapên {kasih-} eis {kepada} hêmas {kita} ho theos {Allah} hoti {bahwa} eti {masih} hamartôlôn {(orang-orang) berdosa} ontôn {ketika adalah} hêmôn {kita} khristos {Kristus} huper {untuk} hêmôn {kita} apethanen {telah mati}


Allah telah mendemonstrasikan kasih-Nya kepada kita, karena Allah adalah "kasih" (1 Yohanes 4:8, 16), tidak dikatakan bahwa Allah adalah iman atau Allah adalah pengharapan. Kasih adalah 'atribut' Allah :


* 1 Yohanes 4:8,16
4:8 LAI TB, Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.
NKJV, He who does not love does not know God, for God is love.
TR, ο μη αγαπων ουκ εγνω τον θεον οτι ο θεος αγαπη εστιν
Translit. interlinear, ho {(orang) yang} mê {tidak} agapôn {mengasihi} ouk {tidak} egnô {mengenal} ton theon {Allah} hoti {sebab} ho theos {Allah} agapê {Kasih} estin {adalah}

4:16 LAI TB, Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.
NKJV, And we have known and believed the love that God has for us. God is love, and he who abides in love abides in God, and God in him.
TR, και ημεις εγνωκαμεν και πεπιστευκαμεν την αγαπην ην εχει ο θεος εν ημιν ο θεος αγαπη εστιν και ο μενων εν τη αγαπη εν τω θεω μενει και ο θεος εν αυτω
Translit. interlinear, kai {lalu} hêmeis {kita} egnôkamen {telah mengetahui} kai {dan} pepisteukamen {percaya} tên agapên {akan kasih} ên {yang} echei {ditunjukkan} ho theos {Allah} en {kepada} hêmin {Kita} ho theos {Allah} agapê {Kasih} estin {adalah} kai {dan} ho {(orang) yang} menôn {tetap tinggal} en {didalam} tê agapê {kasih} en {didalam} tô theô {Allah} menei {tetap tinggal} kai {dan} ho theos {Allah} en {didalam} autô {dia}


Kasih adalah cara yang paling sempurna, juga yang paling dasariah, cara bagi semua. Dalam 1 Korintus 13:1-13 Paulus menerangkan beberapa bahasan sbb:

- Bagian pertama : Ayat 1-3 tentang kesia-siaan (bagi pemiliknya) terhadap karunia-karunia rohani yang tanpa kasih.
- Bagian kedua : Ayat 4-7, tentang sifat-sifat kasih.
- Bagian ketiga : Ayat 8, tentang keabadian kasih.
- Bagian keempat : Ayat 9-12, kasih menyempurnakan.
- Bagian kelima : Ayat 13, iman, pengharapan dan kasih : yang terbesar ialah kasih.


Kita akan bahas sebagai berikut :


1. Kesia-siaan Karunia-karunia Roh yang Tanpa Kasih :


* 1 Korintus 13:1-3

13:1 LAI TB, Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
NKJV, Though I speak with the tongues of men and of angels, but have not love, I have become sounding brass or a clanging cymbal.
TR, εαν ταις γλωσσαις των ανθρωπων λαλω και των αγγελων αγαπην δε μη εχω γεγονα χαλκος ηχων η κυμβαλον αλαλαζον
Translit. interlinear, ean {jika} tais glôssais {dengan bahasa-bahasa/lidah} tôn anthrôpôn {manusia} lalô {aku berkata-kata} kai {dan} tôn aggelôn {malaikat} agapên {kasih} de {tetapi} mê {tidak} ekhô {aku mempunyai} gegona {aku telah menjadi} khalkos {gong tembaga} êkhôn {(yang) berbunyi} ê {atau} kumbalon {simbal} alalazon {(yang) berbunyi nyaring}

13:2 LAI TB, Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
NKJV, And though I have the gift of prophecy, and understand all mysteries and all knowledge, and though I have all faith, so that I could remove mountains, but have not love, I am nothing.
TR, και εαν εχω προφητειαν και ειδω τα μυστηρια παντα και πασαν την γνωσιν και εαν εχω πασαν την πιστιν ωστε ορη μεθιστανειν αγαπην δε μη εχω ουθεν ειμι
Translit. interlinear, kai {lalu} ean {jikalau} ekhô {aku mempunyai} prophêteian {karunia memberi pesan Allah (nubuat)} kai {dan} eidô {tahu} ta mustêria {rahasia-rahasia} panta {semua} kai {dan} pasan {semua} tên gnôsin {pengetahuan} kai {lalu} ean {jikalau} ekhô {aku mempunyai} pasan {semua} tên pistin {iman} hôste {sehingga} orê {gunung-gunung} methistanein {memindahkan} agapên {kasih} de {tetapi} mê {tidak} ekhô {aku mempunyai} outhen eimi {aku tidak berarti apa-apa}

13:3 LAI TB, Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
NKJV, And though I bestow all my goods to feed the poor, and though I give my body to be burned,[a] but have not love, it profits me nothing.
TR, και εαν ψωμισω παντα τα υπαρχοντα μου και εαν παραδω το σωμα μου ινα καυθησωμαι αγαπην δε μη εχω ουδεν ωφελουμαι
Translit. interlinear, kai {dan} ean {jikalau} psômisô {aku mendermakan/ membagikan} panta {semua} ta {(barang-barang) yang} huparkhonta {menjadi milik} mou {ku} kai {lalu} ean {jikalau} paradô {aku menyerahkan} to sôma {tubuh} mou {ku} hina {supaya} kauthêsômai {aku menyombongkan diri} agapên {kasih} de {tetapi} mê {tidak} ekhô {aku mempunyai} ouden {sama sekali tidak} ôpheloumai {aku diberi faedah}


Karunia-karunia Roh tanpa kasih, adalah tidak berguna (sia-sia). Kita tentu memahami ini sebagai kenyataan mutlak dari kesia-siaan. Semua bahasa lidah, ucapan kenabian (nubuat), iman yang menghasilkan mujizat, bahkan pengorbanan diri mereka adalah hampa jika tanpa kasih menyertainya.

Seorang boleh berkata-kata dalam bahasa manusia yang normal, atau bahasa malaikat, namun jika tanpa kasih, hal tersebut dikecam sebagai kegaduhan saja yang mengacaukan, dan tanpa faedah. Bagaikan gong yang berkumandang dan bagaikan canang (cymbal) yang gemerincing yang biasa ada dalam kuil-kuil Dionisus dan Sibele di Korintus. Dalam ibadah kafir, alat-alat musik ini memerankan peranan penting, dan Paulus memberikan contoh ini untuk menggambarkan perlunya komunikasi yang jelas dan menguntungkan pendengarnya.

Dalam hal ini Paulus tidak menentang bahasa lidah (atau yang dikenal dengan istilah bahasa roh), juga tidak menentang adanya music dalam suatu ibadah, tetapi menasehatkan agar semuanya dilakukan dengan kasih. Karena semua nyanyian dan music yang indah hanyalah suara-suara yang hampa kecuali bila dinaikkan dalam pujian kepada Allah dengan penuh kasih.

Seseorang bahkan bisa saja mempunyai karunia yang lebih unggul, berupa nubuat yang memungkinkan seseorang memahami 'segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan', dan memiliki iman yang menghasilkan mujizat, bagaimanapun pentingnya dan menggiurkan namun semuanya itu tidak berguna dan tidak berharga jika tanpa kasih.

Ayat 3 menulis : Memberi derma bahkan kemartiran/ pengorbanan yang luar biasa dan mengharukan, dan pameran kemurahan hati, tidak ada artinya jika tanpa kasih. Karena tanpa kasih hal-hal tersebut tidak lebih daripada usaha untuk memperoleh pujian manusia. Tuhan Yesus mempunyai kata yang tajam untuk mereka yang menyombongkan amal mereka di depan umum, sbb. :


* Matius 6:1-4
6:1 "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.
6:2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.
6:4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."



Dari semua derma dan pengorbanan, entah apapun keuntungan jasmaniah yang dapat dituai daripadanya, jika tanpa dorongan kasih, tidak ada faedah yang dapat diperhitungkan pada hari penghakiman. Penjabaran ini diperjelas lagi dalam penutupan suratnya "Lakukan segala pekerjaanmu dalam kasih!" (1 Korintus 16:14). Dan dalam bagian lain ia juga menasehatkan "Layanilah seorang akan yang lain dalam kasih" (Galatia 5:13; Roma 12:8-10).




2. Sifat-sifat Kasih :


* 1 Korintus 13:4-7

13:4 LAI TB, Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.
NKJV, Love suffers long and is kind; love does not envy; love does not parade itself, is not puffed up;
TR, η αγαπη μακροθυμει χρηστευεται η αγαπη ου ζηλοι η αγαπη ου περπερευεται ου φυσιουται
Translit. interlinear, hê agapê {kasih} makrothumei {bersabar} chrêsteuetai {bermurah hati} hê agapê {kasih} ou zêloi {tidak cemburu} hê agapê {kasih} ou perpereuetai {tidak memegahkan diri} ou phusioutai {tidak menjadi sombong}

13:5 LAI TB, Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
NKJV, does not behave rudely, does not seek its own, is not provoked, thinks no evil;
TR, ουκ ασχημονει ου ζητει τα εαυτης ου παροξυνεται ου λογιζεται το κακον
Translit. interlinear, ouk askhêmonei {tidak melakukan yg tidak sopan} ou {tidak} zêtei {mencari} ta heautês {keuntungan2nya sendiri} ou paroxunetai {tidak mudah tersinggung} ou logizetai {tidak mengingat (akan)} to kakon {yang jelek}

13:6 LAI TB, Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.
NKJV, does not rejoice in iniquity, but rejoices in the truth;
TR, ου χαιρει επι τη αδικια συγχαιρει δε τη αληθεια
Translit. interlinear, ou khairei {tidak bersuka cita} epi {atas} tê adikia {perbuatan yg tidak benar} sugkhairei {bersukacita bersama} de {tetapi} tê alêtheia {dengan kebenaran}

13:7 LAI TB, Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
NKJV, bears all things, believes all things, hopes all things, endures all things.
TR, παντα στεγει παντα πιστευει παντα ελπιζει παντα υπομενει
Translit. interlinear, panta {segala sesuatu} stegei {menutupi/ menanggung} panta {segala sesuatu} pisteuei {percaya} panta {segala sesuatu} elpizei {mengharapkan} panta {segala sesuatu} hupomenei {menanggung}


Alkitab tidak mendefinisikan apa itu kasih, sebaliknya Alkitab senantiasa memperlihatkan bagaimana cara kasih itu "bekerja!". Allah itu kasih, apa itu kasih?, tidak dijelaskan, namun secara jelas dinyatakan bagaimana kasihNya itu bekerja, misalnya dalam ayat ini :


* Yohanes 3:16
LAI TB, Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
KJV, For God so loved the world, that he gave his only begotten Son, that whosoever believeth in him should not perish, but have everlasting life.
TR, ουτως γαρ ηγαπησεν ο θεος τον κοσμον ωστε τον υιον αυτου τον μονογενη εδωκεν ινα πας ο πιστευων εις αυτον μη αποληται αλλ εχη ζωην αιωνιον
Translit. Interlinear, outôs {demikian} gar {karena} êgapêsen {mengasihi} ho theos {Allah} ton kosmon {manusia di dunia} hôste {sehingga} ton huion{anak} autou ton monogenê {yang tunggal/ yang unik} edôken {Ia telah memberikan} hina {supaya} pas {setiap (orang yang)} ho pisteuôn {percaya} eis {kepada} auton {Dia} mê {tidak} apolêtai {menjadi binasa} all {melainkan} ekhê {beroleh} zôên {hidup} aiônion {kekal}


Berlawanan dengan banyak pemikiran dunia dalam memandang kasih hanya sebagai emosi, Alkitab dengan gamblang menjelaskannya dan memperlihatkannya bahwa kasih bukan semata-mata apa yang dirasakan oleh seseorang, melainkan apa yang dilakukannya!. Disini kita mendapat hikmat Kristiani yang praktis yang tahu bagaimana kita seharusnya bertindak karena Allah lah yang pertama-tama mengasihi kita (lihat Efesus 5:1,2; 1 Yohanes 4:19).

Sifat-sifat tindakan moral dari kasih dijabarkan dalam 1 Korintus 13:4-7 ini yang mencakup sifat-sifat sbb. :

[1] sabar, μακροθυμεω - MAKROTHUMEÔ
[2] murah hati, χρηστευομαι - KHRÊSTEUÔMAI
[3] tidak cemburu, ου ζηλοω - OU ZÊLOÔ
[4] tidak memegahkan diri, ου περπερευομαι - OU PERPEREUOMAI
[5] tidak sombong, ου φυσιοω - OU PHUSIOÔ
[6] tidak melakukan yang tidak sopan, ου ασχημονεω - OU ASKHÊMONEÔ
[7] tidak mencari keuntungan diri sendiri, ου εαυτου - OU HEAUTOU
[8] tidak pemarah, ου παροξυνω - OU PAROXUNO
[9] tidak menyimpan kesalahan orang lain, ου λογιζομαι το κακος - OU LOGIZOMAI TO KAKOS
[10] tidak bersukacita karena ketidakadilan, ου χαιρω επι τη αδικια - OU KHAIRÔ EPI TÊ ADIKIA
[11] menutupi segala sesuatu, στεγω - STEGÔ
[12] percaya segala sesuatu, πιστευω - PISTEUÔ
[13] mengharapkan segala sesuatu, ελπιζω - ELPIZÔ
[14] sabar menanggung segala sesuatu, υπομονη - HUPOMONÊ


Kasih (artinya orang yang dipenuhi dan dimotivasi oleh kasih) itu sabar atau tahan menderita. Ia menghadapi dengan tabah kesalahan dan penghinaan orang lain, bahkan juga orang-orang yang malas dan tawar hati dan lemah (1 Tesalonika 5:14). Kasih tidak cepat marah (lihat buah roh "Kesabaran" (μακροθυμια - MAKROTHUMIA) di buah-roh-vt586.html#p1271 ).

Kasih tidak kejam melainkan murah hati kepada orang lain. Seperti kasih itu sendiri, kesabaran, kemurahan hati, kebaikan, kelemah-lembutan, dan pengendalian diri, semuanya adalah sifat dari buah roh (lihat Galatia 5:22-25, di buah-roh-vt586.html#p1217) Berjalan di jalan kasih berarti memperlihatkan sikap "sabar… kasih… dalam hal saling membantu. Dan berusaha memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera (Efesus 4:2,3; Kolose 3:12-14).

Kasih tidak cemburu (bandingkan dengan 1 Korintus 12:26, 31a). Ia dengan sukacita mengakui sukses dan prestasi orang lain, ia bahkan bersuka-cita ketika orang lain memperlihatkan bukti bahwa mereka memiliki karunia-karunia 'yang lebih tinggi'. Di pihak lain ia tidak memegahkan diri; kasih tidak bertindak seperti seorang pongah yang menceritakan diri sendiri ketika keberhasilan datang. Ia tidak sombong (1 Korintus 8:1) dan penuh kepongahan yang bodoh (bandingkan Matius 26:33, Yohanes 21:17).
Kesombongan adalah tanda bahwa seseorang mempunyai penilaian yang palsu tentang dirinya sendiri yang suka membuat perbandingan-perbandingan palsu dan tidak berdasarkan kasih antara dirinya dengan orang lain – sudah tentu, selalu dengan akibat bahwa orang lain 'direndahkan'.

Kasih tidak melakukan yang tidak sopan, artinya tidak bertindak dengan tidak hormat terhadap orang lain. Ciri-ciri orang Kristen yang penuh kasih adalah bahwa ia selalu mengutamakan kepentingan orang lain, dan bukan berusaha mencari keuntungan diri sendiri (Filipi 2:,4; Roma 12:3,10).

Jadi, kasih tidak memaksakan kehendaknya sendiri apabila terjadi perdebatan atau tabrakan kepentingan. Kasih tidak mencari keuntungannya sendiri melainkan kebaikan sesama (1 Korintus 10:24,33). Bahkan bila seseorang memiliki "pengetahuan", dan yakin akan kemerdekaannya untuk pertindak dalam cara tertentu, kesejahteraan sesamanya akan lebih diutamakan (1 Korintus 8:7-13).

Kasih itu tidak pemarah atau mudah tersinggung, tidak mudah dibangkitkan amarahnya atau merasa disakiti oleh orang lain memaksakan ekhendaknya atau bersikeras bahwa mereka selalu benar. Kasih tidak menyimpan kesalahan orang lain, ia tidak mencatat semua keburukan yang dikatakan atau bila dilakukan terhadap dirinya. Ia jelas tidak berusaha membalas dendam.

Kasih tidak bersuka-cita dalam kesempatan untuk mencela ketidak-adilan, atau tidak turut bergirang atas keberhasilan orang-orang yang melanggar. Tetapi ikut bergembira dalam kebenaran (1 Yohanes 1:6). Seorang yang penuh kasih tidak suka mencatat kegagalan-kegagalan orang lain untuk memuji dirinya sendiri; suka cita yang sejati datang dari mencatat perbuatan-perbuatan baik orang lain, dan dalam memujinya. Seperti yang dikatakan oleh ungkapan "melakukan kebenaran" (Yohanes 3:21), kebenaran dapat berarti tindakan yang benar, dan dengan demikian seringkali sejajar dengan ketidak-adilan sebagai lawannya (Roma 1:18; 2:8; 2 Tesalonika 2:1-2).

Ayat 7, empat pernyataan positif diperlihatkan dan jangkauan kasih yang amat luas, ayat ini mendasari ayat 13 dengan 3 serangkaiannya : iman, pengharapan dan kasih. Dan Secara positif, kasih menutup segala sesuatu (sudah tentu bukand alam pengertian bahwa ia menerima segala sesuatu yang didengarnya tentang orang lain. Kasih yang menutupi segala sesuatu (bandingkand engan 1 Petrus 4:8 ). Bisa pula kita lihat dalam kehidupan sehari-hari; seorang yang sungguh mengasihi seorang lain, seringkali ia tidak memandang 'kekurangan' dan 'keberbedaan' apapun terhadap orang yang dikasihinya, semuanya tertutup karena kasih.

Kasih percaya segala sesuatu, ia tidak pernah kehilangan iman. Kasih tidak pernah berhenti berharap (bukan dengan optimisme yang tidak masuk akal, melainkan dalam menantikan kemenangan karena anugerah Allah), sehingga ia tahan dalam menghadapi hal-hal yang tidak diharapkan dan penderitaan. Kasih bukanlah perasaan sentimentil yang lemah, yang membiarkan segala hinaan akan berlalu begitu saja, kasih bukan menerima secara naif dan pasif sebaga sesuatu yang baik maupun yang buruk; kasih adalah kuasa, seperti kasih Allah, menelan kuasa jahat dengan kebaikannya sendiri. Kasih menanggung apa yang orang lain mungkin secara sengaja atau tanpa tenggang-rasa dilakukan orang lain untuk menyakiti kita, tetapi, terutama sekali kasih menanggung segala sesuatu dalam ketekunan, bahkan dalam keadaan yang berat (lihat penjelasan 'hupomonê' dalam menanti-dengan-catenaccio-dan-counter-attack-vt997.html#p3040). Hubungan antara iman dan pengharapan itu jelas dari Ibrani 1:1 "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan". Dalam ayat-ayat lain Paulus juga memperlihatkan bahwa iman dan kasih haruslah mempunyai unsur pengharapan bila orang-orang Kristen ingin menanggung penderitaan (Roma 5:4,5; 8:25; 15:4; 1 Tesalonika 1:3; 2 Tesalonika 1:3,4).




3. Keabadian Kasih :


* 1 Korintus 13:8
LAI TB, Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.
NKJV, Love never fails. But whether there are prophecies, they will fail; whether there are tongues, they will cease; whether there is knowledge, it will vanish away.
TR, η αγαπη ουδεποτε εκπιπτει ειτε δε προφητειαι καταργηθησονται ειτε γλωσσαι παυσονται ειτε γνωσις καταργηθησεται
Translit. interlinear, hê agapê {kasih} oudepote {tidak pernah} ekpiptei {berkesudahan/gagal} eite {jika} de {tetapi} prophêteiai {karunia2 memberi pesan Allah/nubuat} katargêthêsontai {mereka akan bernenti} eite {jika} glôssai {bahasa2 lidah} pausontai {mereka akan berakhir} eite {jika} gnôsis {pengetahuan} katargêthêsetai {ia akan dihentikan}


Kasih tidak berkesudahan, harfiah : kasih tidak akan menghilang/ tidak pernah roboh. Ia bersifat abadi (1 Yohanes 4:16). Kasih tidak sama dengan karunia-karunia yang diperuntukkan untuk kehidupan sekarang. Nubuat, bahasa lidah, pengetahuan mempunyai batas, tetapi kasih tidak. Kasih yang sungguh-sungguh akan bertahan dalam ujian waktu dalam hubungan manusia. Karena "kasih adalah pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan" (Kolose 3:14) ; Kasih adalah perekat ilahi dan tanpa kasih, kesatuan umat Allah akan berantakan. Kasih adalah bagian dari kekekalan, kasih akan bertahan jauh melebihi segala sesuatu yang memiliki keabsahan dan kedudukan penting di dunia ini.

Paulus akan membandingkan karunia kenabian dan bahasa lidah dalam pasal 14 untuk menunjukkan keunggulan nubuat. Namun dalam bab ini ia memberikan pendahuluan bahwa kasih bersifat kekal. Demikian ia memusatkan perhatian untuk sementara pada karunia-karunia roh dan pengetahuan, yang akan berkurang kepentingannya dibandingkan dengan kasih.

Nubuat akan berakhir, waktunya akan tiba ketika orang-orang tidak membutuhkan penghiburan, kitab suci tidak lagi perlu dijelaskan, ketika tidak ada lagi masa depan tersembunyi yang harus disingkapkan. Bahasa lidah juga akan berhenti; cara bersekutu yang 'misterius' dengan Allah ini (1 Korintus 14:2) akan menjadi kuno ketika umatNya dapat berbicara kepadaNya secara langsung, dengan bertatapan muka dengan muka (ayat 12).




4. Kasih Menyempurnakan :


* 1 Korintus 13:9-12

13:9 LAI TB, Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna.
NKJV, For we know in part and we prophesy in part.
TR, εκ μερους γαρ γινωσκομεν και εκ μερους προφητευομεν
Translit. interlinear, ek merous {sebagian} gar {sebab} ginôskomen {kita mengetahui} kai {dan} ek merous {sebagian} prophêteuomen {kita menyampaikan pesan Allah (nubuat)}

13:10 LAI TB, Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.
NKJV, But when that which is perfect has come, then that which is in part will be done away.
TR, οταν δε ελθη το τελειον τοτε το εκ μερους καταργηθησεται
Translit. interlinear, hotan {apabila} de {tetapi} elthê {tiba} to teleion {yang sempurna} tote {lalu} to {yang} ek merous {sebagian} katargêthêsetai {akan lenyap}

13:11 LAI TB, Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
NKJV, When I was a child, I spoke as a child, I understood as a child, I thought as a child; but when I became a man, I put away childish things.
TR, οτε ημην νηπιος ως νηπιος ελαλουν ως νηπιος εφρονουν ως νηπιος ελογιζομην οτε δε γεγονα ανηρ κατηργηκα τα του νηπιου
Translit. interlinear, hote {ketika} êmên {aku adalah} nêpios {anak-anak (yang masih kecil)} hôs {sebagai} nêpios {anak-anak} elaloun {aku berkata-kata} hôs {seperti} nêpios {anak (yang masih kecil)} ephronoun {aku berpikir} hôs {seperti} nêpios {anak (yang masih kecil)} elogizomên {aku mempertimbangkan} hote {ketika} de {tetapi} gegona {aku telah menjadi} anêr {orang dewasa} katêrgêka {aku meninggalkan} ta {(sifat-sifat)} tou nêpiou {anak (yang masih kecil)}

13:12 LAI TB, Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.
NKJV, For now we see in a mirror, dimly, but then face to face. Now I know in part, but then I shall know just as I also am known.
TR, βλεπομεν γαρ αρτι δι εσοπτρου εν αινιγματι τοτε δε προσωπον προς προσωπον αρτι γινωσκω εκ μερους τοτε δε επιγνωσομαι καθως και επεγνωσθην
Translit. interlinear, blepomen {kita melihat} gar {karena} arti {masih} di {dalam} esoptrou {cermin} en {dengan} ainigmati {teka-teki (yang sulit dimengerti)/ gambar yang tidak jelas} tote {kemudian} de {tetapi} prosôpon {muka} pros {dengan} prosôpon {muka} arti {sekarang} ginôskô {aku mengetahui} ek merous {sebagian} tote {kemudian} de {tetapi} epignôsomai {aku mengenal sepenuhnya} kathôs {seperti} kai {juga} epegnôsthên {aku dikenal sepenuhnya}


Segala sesuatu akan diubah jika yang sempurna tiba. Lalu segala sesuatu yang tidak sempurna itu akan lenyap, bahkan karunia bahasa lidah yang digemari orang Korintus (juga dalam denominasi tertentu sekarang ini).


Yang sempurna menyisihkan yang kurang sempurna dengan memenuhinya. Kasih menyempurnakan pengetahuan yang tidak sempurna. Kasih menyempurnakan pengetahuan, yang tidak sempurna. Kehidupan ini tidak ada yang sempurna (Filipi 3:12), maka harus ada pertumbuhan didalam kedewasaan Kristen seperti halnya seorang anak berkembang dari kanak-kanak hingga dewasa. "Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak" (ayat 11) ; suara bayi digantikan oleh bibir yang terbata-bata lalu muncullah potongan-potongan kata dan frasa (bicara kanak-kanak), hingga akhirnya kemampuan bicara dikuasai. Paulus nyaris tidak memaksudkan bahwa bahasa lidah adalah sejenis bahasa bayi; tetapi, karena ia belum menyebutkan bahasa lidah dalam ayat 9 sebagai sebuah karunia yang tidak sempurna, ia mungkin menunjuk secara tidak langsung pada kenyataan bahwa bahasa lidah (atau yang sering disebut bahasa roh) adalah bagian dari masa kanak-kanak Kristen dan bukan masa dewasa. Dengan memberi tekanan kepada bahasa lidah dan kurang menghargai kasih, dari sikap jemaat di Korintus ini menampakkan sifat yang belum dewasa.

Setiap orang lebih dahulu "berpikir seperti kanak-kanak" dalam cara sederhana dan tidak rumit. Seorang dewasa terlebih dahulu memiliki sifat kanak-kanak itu; ia mempunyai persepsi yang terbatas tentang realitas, kurang dapat menilai yang sesungguhnya, ia hanya dapat melihat sebatas dunianya yang kecil. Kedewasaan berarti berakhirnya masa kanak-kanak.

Bahkan, pengetahuan yang paling jelas adalah seperti bayang-bayang dibandingkan dengan kasih yang melihat dari muka ke muka. Orang-orang Korintus mengejar pengetahuan. Paulus mengatakan bahwa ini merupakan tanda ketidak-dewasaan mereka. Jika pengetahuan ini berkembang dalam hikmat Kristen. Dalam hikmat ini orang Kristen akan belajar menyingkirkan cara kekanakan dan mengejar kasih sebagai hikmat yang paling tinggi, karena keutamaan yang paling besar dan sempurna adalah kasih.


Ayat 12, "Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar", atau "kita melihat dalam cermin", kita bisa mengerti apa yang dimaksudkan disini bahwa kita hanya melihat melalui permukaan datar pada sebuah pantulan. Maksudnya bawa gambar itu tidaklah identik dengan object yang dipantulkannya. Paulus bermaksud mengutip Bilangan 33:11, disitu Allah berbicara dengan Musa, digambarkan dengan istilah "PANIM 'EL-PANIM" atau "wajah kepada wajah" :


* Keluaran 33:11
LAI TB, Dan TUHAN berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya; kemudian kembalilah ia ke perkemahan. Tetapi abdinya, Yosua bin Nun, seorang yang masih muda, tidaklah meninggalkan kemah itu.
NKJV, So the LORD spoke to Moses face to face, as a man speaks to his friend. And he would return to the camp, but his servant Joshua the son of Nun, a young man, did not depart from the tabernacle.
Hebrew,
וְדִבֶּר יְהוָה אֶל־מֹשֶׁה פָּנִים אֶל־פָּנִים כַּאֲשֶׁר יְדַבֵּר אִישׁ אֶל־רֵעֵהוּ וְשָׁב אֶל־הַמַּחֲנֶה וּמְשָׁרְתֹו יְהֹושֻׁעַ בִּן־נוּן נַעַר לֹא יָמִישׁ מִתֹּוךְ הָאֹהֶל׃ ס
Translit. interlinear, VEDIBER {dan Dia berbicara} YEHOVAH {baca: 'adonai, TUHAN} 'EL-MOSYEH {kepada Musa} PANIM {wajah} 'EL-PANIM {kepada wajah} KA'ASYER {seperti yang} YEDABÊR {ia berbicara} 'ISY {seseorang} 'EL-RE'EHU {kepada temannya} VESYAV {dan ia kembali} 'EL-HAMAKHANEH {ke perkemahan itu} UMESYARTO {dan yang melayaninya} YEHOSYUA' {Yosua} BIN-NUN {anak Nun} NA'AR {orang muda} LO' {tidak} YAMISY {ia akan berangkat} MITOKH {dari tengah-tengah} HA'OHEL {kemah itu}


Ungkapan "PANIM 'EL-PANIM" atau "wajah kepada wajah" adalah ungkapan khas Ibrani yang dimengerti dengan jelas dengan kata-kata berikutnya "KA'ASYER YEDABER 'ISY 'EL RE'EHU, seperti seseorang berbicara kepada temannya" Itulah ungkapan persekutuan yang tidak berhingga, di mana tidak ada sesuatu yang disembunyikan dan tidak ada sesuatu yang terselubung. Meskipun Allah 'digambarkan' berbicara seperti seorang manusia kepada temannya Musa, namun nabi besar ini sebenarnya belum dapat melihat Allah, perhatikan ayat-ayat dibawah ini :


* Keluaran 33: 18-23
33:17 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Juga hal yang telah kaukatakan ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku dan Aku mengenal engkau."
33:18 Tetapi jawabnya: "Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku."
33:19 Tetapi firman-Nya: "Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani."
33:20 Lagi firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup."
33:21 Berfirmanlah TUHAN: "Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu;
33:22 apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat.
33:23 Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan."



Musa mendapat kesempatan memandang belakang Allah merupakan bukti keterbatasan dan sekaligus bukti keakraban Musa dengan Allah. Namun dengan jelas Allah menyatakan bahwa Musa tidak akan tahan melihat wajahNya, sebab Musa akan mati jika melihat wajahNya (ayat 20). Hal ini dikenal dengan istilah "theofani", kehadiran kemuliaan Allah, penyataan secara kelihatan dan secara supra alamiah keagungan Allah yang tertinggi dan yang tiada taranya. Istilah "theofani" ini juga bisa kita mengerti bahwa manusia dalam persekutuannya yang paling erat sekalipun dengan Allah, belum dapat melihat Allah sesungguhnya, dan baru belihat "pantulan cermin". Tetapi, akan tiba waktunya akan datang ketika kita berjumpa dengan Allah "muka dengan muka". Didalam hidup di dunia ini, pernyataan-pernyatan Allah dinyatakan dengan "pantulan" (yang belum sempurna), kita terbatas mengenal hal yang belum sempurna, dan kita akan mengenal dengan sempurna. Pengertian sekarang ini seperti melihat dalam cermin yang tidak sempurna (bandingkan dengan 2 Korintus 5:7) tetapi nanti, dalam hidup sesudah ini, kita akan melihat muka dengan muka :


* 1 Yohanes 3:2
LAI TB, Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.
NKJV, Beloved, now we are children of God; and it has not yet been revealed what we shall be, but we know that when He is revealed, we shall be like Him, for we shall see Him as He is.
TR, αγαπητοι νυν τεκνα θεου εσμεν και ουπω εφανερωθη τι εσομεθα οιδαμεν δε οτι εαν φανερωθη ομοιοι αυτω εσομεθα οτι οψομεθα αυτον καθως εστιν
Translit. interlinear, agapêtoi {(saudara-saudara) yang dikasihi} nun {sekarang} tekna {anak-anak} theou {Allah} esmen {kita adalah} kai {dan} oupô {masih belum} ephanerôthê {dinyatakan} ti {(keadaan) apa} esometha {kita akan menjadi} oidamen {kita tahu} de {tetapi} hoti {bahwa} ean {jikalau} phanerôthê {(keadaan) itu dinyatakan/ Dia menampakkan diri} homoioi {seperti} autô {Dia} esometha {kita akan menjadi} hoti {sebab} opsometha {kita akan melihat} auton {Dia} kathôs {sama seperti} estin {Ia adalah (keadan Dia sekarang)}


Demikian jugalah halnya dengan pengenalan : sekarang sebagian (tidak sempurna); nanti sepenuhnya (sempurna seperti pengenalan Allah akan orang Kristen sekarang ini sudah sempurna). Satu-satunya pengenalan yang pasti ialah bahwa Allah didalam kasihNya telah memilih kita untuk kekekalan; bahwa Allah Sang Gembala yang baik itu mengenali domba-dombaNya, itulah yang terpenting (Yohanes 10:14).




5. Iman, Pengharapan dan Kasih : Yang Terbesar ialah Kasih


* 1 Korintus 13:13
LAI TB, Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.
NKJV, And now abide faith, hope, love, these three; but the greatest of these is love.
TR, νυνι δε μενει πιστις ελπις αγαπη τα τρια ταυτα μειζων δε τουτων η αγαπη
Translit. interlinear, nuni {sekarang} de {tetapi} menei {tetap ada/ tinggal} pistis {(yaitu) iman} elpis {harapan} agapê {kasih} ta tria {tiga} tauta {(hal-hal) ini} meizôn {yang lebih/ paling besar} de {dan} toutôn {dari (hal-hal) ini adalah} hê agapê {kasih}


Tiga serangkai : iman, pengharapan dan kasih, ayat diatas menulis 'τα τρια ταυτα - TA TRIA TAUTA', "ketiga hal-hal ini" dalam bentuk jamak. Dan kita temui kata sebelumnya 'μενει - MENEI' dalam bentuk 'tunggal', yang menunjukkan bahwa "ketiga hal-hal" itu merupakan suatu kesatuan.

Dalam pengertian apakah ketiganya itu tinggal secara bersamaan? Paulus membuat sebuat pernyataan mutlak yang dapat dipahami dalam beberapa cara. Ketiganya tinggal didalam hidup ini sebagai kasih karunia Allah yang mempertahankan hidup Kristen; tanpa iman tidak mungkin ada penerimaan akan keselamatan, tanpa pengharapan tidak mungkin ada daya tahan yang penuh kesabaran, dan tanpa kasih tidak mungkin ada persekutuan diantara orang percaya.

Tetapi mengingat argumen sebelumnya bahwa karunia-karunia rohani akan berakhir dan pernyataan bahwa kasih bersifat kekal (tidak berkesudahan, ayat 8 ). Maka yang terbesar adalah kasih.

Kita perhatikan dalam ayat diatas, kata Yunani μειζων - MEIZON adalah adjektiva komparatif yang digunakan untuk membandingkan dua atau lebih, "yang lebih besar" menurut bahasa Yunani sering bermakna "yang paling besar". Sehingga kita mendapat pengertiannya sbb :

Iman dengan penuh percaya menerima Allah sebagaimana Ia adanya, dan Pengharapan 'bertahan dalam iman' dan Kasih adalah yang abadi dan yang terbesar.

Dalam pengertian tertentu, bahkan kekekalan tidak akan berarti tamatnya iman dan pengharapan, karena penerimaan akan janji-janji Allah yang penuh kemuliaan itu tidak akan pernah berakhir. Namun iman akan disisihkan oleh pengelihatan; pengharapan akan digenapi penantian-penantiannya. Dan rencana Allah yang telah dimulai dengan kasih, akan disempurnakan didalamnya. Kasih adalah kuasa yang tinggal tetap yang mempersatukan Allah dengan manusia, manusia dengan manusia. Itulah sesuatu yang tidak dapat dilakukan dengan pengalaman 'pengelihatan', bahasa lidah, bahkan juga pengetahuan mendalam dan karunia-karunia kenabian (nubuat).

Kasih adalah karunia yang hakiki, yang menjadi ciri dari jemaat yang layak menyandang nama Kristen. Kasih adalah kriteria untuk menilai nilai relativitas karunia-karunia yang lain, karena karunia diberikan demi untuk pembangunan jemaat (1 Koritus 14:1-5). Sedangkan kasih tinggal tetap sebagai hal yang kekal dalam kehidupan jemaat bahkan dalam kehidupan setelah ini.


Selamat mengasihi…




Blessings in Christ,
BP
April 22, 2007
Selengkapnya...

KASIH MULA-MULA

* Wahyu 2:1-7 Kepada Jemaat di Efesus
2:1 "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu.
2:2 Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.
2:3 Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.

2:4 LAI TB, Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
KJV, Nevertheless I have somewhat against thee, because thou hast left thy first love.
NIV, Yet I hold this against you: You have forsaken your first love.
TR, αλλ εχω κατα σου οτι την αγαπην σου την πρωτην αφηκας
Translit. interlinear, all {tetapi} echô {Aku mempunyai (keberatan)} kata {terhadap} sou {-mu} hoti {bahwa} tên agapên {kasih} sou {mu} tên prôtên {yang semula} aphêkas {engkau telah meninggalkan}

2:5 LAI TB, Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
KJV, Remember therefore from whence thou art fallen, and repent, and do the first works; or else I will come unto thee quickly, and will remove thy candlestick out of his place, except thou repent.
NIV, Remember the height from which you have fallen! Repent and do the things you did at first. If you do not repent, I will come to you and remove your lampstand from its place.
TR, μνημονευε ουν ποθεν εκπεπτωκας και μετανοησον και τα πρωτα εργα ποιησον ει δε μη ερχομαι σοι ταχει και κινησω την λυχνιαν σου εκ του τοπου αυτης εαν μη μετανοησης
Translit. interlinear, mnêmoneue {ingatlah} oun {karena itu} pothen {dari mana} ekpeptôkas {engkau telah jatuh} kai {dan} metanoêson {bertobatlah} kai {dan} ta prôta {yang semula} erga {pekerjaan2} poiêson {lakukanlah} ei {jika} de {lalu} mê {tidak} erchomai {Aku akan datang} soi {kepadamu} tachei {segera} kai {dan} kinêsô {akan memindahkan (mengambil)} tên luchnian {kaki pelita} sou {mu} ek {dari} tou topou {tempat} autês {nya} ean {jikalau} mê {tidak} metanoêsês {engkau bertobat}

2:6 Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci.
2:7 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."


Dari penilaian Tuhan Yesus itu, kita menemukan bahwa first-love, atau kasih semula, merupakan hal yang sangat penting. Hal inilah yang ditegaskan oleh Tuhan Yesus kepada jemaat di Efesus.



Kasih-semula :


Kasih semula/ kasih yang mula-mula, bisa kita ibaratkan kasih dalam suasana "jatuh-cinta". Jika Anda pernah mempunyai kekasih, Anda tentu bisa merasakan suasana kasih ketika sedang jatuh-cinta. Kasih semula menampakkan dirinya sebagai kasih yang murni, tidak campur aduk dengan yang lain. Karena itu, dia juga hangat, menggetarkan serta bersifat spontan, jauh dari sikap pura-pura atau rekayasa. Kasih semula tidak pernah mau menyakiti serta rela berkorban tanpa merasa berkorban, memberikan apa saja demi yang dikasihinya. Yaitu kasih yang menggelora, kasih yang menutup segala sesuatu, dan kasih yang hanya tertuju kepada yang dikasihi.


Wahyu 2:4 "", dalam bahasa Yunani menulis "την αγαπην σου την πρωτην αφηκας - tên agapên sou tên prôtên aphêkas", terjemahan harfiah "engkau telah meninggalkan kasih yang pertama (terdahulu)". NIV menerjemahkan "You have forsaken your first love"
Ada beberapa macam cara pemakaian kata Yunani "πρωτος - protos" ini seperti menunjukkan waktu : 'semula'; misalnya menunjukkan status misalnya 'yang tertinggi'; menunjukkan urutan seperti 'yang pertama' dan sebagainya. Maka 'kasih yang semula' juga boleh diterjemahkan 'kasih yang pertama' (first love), kasih yang terdahulu.



Kehilangan kasih semula :


Seseorang yang kehilangan kasih semula, perasaan dan tingkah lakunya kepada seseorang yang seharusnya dikasihi akan menjadi hambar. Sama seperti perasaan seorang suami/ istri yang sudah kehilangan kasihnya kepada pasangannya, sehingga rumah tangganya pun menjadi hambar. Menurut perasaan insani berlalunya waktu dapat menyebabkan kasih itu menjadi pudar. Kehilangan kasih semula juga bisa terjadi karena perasaan bosan, bisa karena sikap sombong, merasa tidak butuh (karena perasaan mampu berdiri sendiri), dan berbagai macam hal-hal lain.


Kasih-semula dalam Wahyu 2:4 menyangkut dua aspek :
1. Kasih persaudaraan
2. Kasih kepada Allah.


Dengan dasar ayat-ayat sbb :

* Markus 12:30-31
12:30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
12:31 Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua hukum ini."


* 1 Yohanes 4:20
Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.



Aspek pertama : Kasih Persaudaraan

Kehilangan kasih mula-mula "dalam persaudaraan". Kegagalan Jemaat Efesus ini kehilangan kasih yang semula dalam kasih persaudaraannya. Sehingga terjadi sikap suka-mencela, dan terpecah-pecah dalam jemaat.


Aspek kedua : Kasih kepada Allah

Kasih semula – kepada Allah, mungkin menunjuk pada dua pengertian sbb :
a. Menunjukkan kasih orang percaya generasi pertama.
b. Menunjukkan kasih yang ditimbulkan orang percaya pada saat untuk pertama kalinya ia mengalami kelahiran baru


Kita akan bahas point b :

Suasana kasih seperti itulah yang dituntut Allah dalam pelayanan kepadaNya. Pelayanan tanpa kasih adalah bersifat profesional, pelayanan seorang upahan; pelayanan sekedar rutinitas sekedar memenuhi tugas. Sedangkan pelayanan dengan kasih abadi menjadi pelayanan yang hidup dan indah.

Kasih Tuhan kepada kita adalah tidak berkesudahan, tidak berubah untuk selama-lamanya, didalam segala pelayananNya. Maka Ia menuntut orang percaya dengan kasih yang tidak berubah untuk melayani Dia.

Kasih yang semula kepada Tuhan itu telah ditinggalkan. Jemaat di Efesus meskipun "giat dan berjerih-payah" namun kehilangan kasih semula, sehingga kemudian pelayanannya mungkin hanya sekedar pemenuhan tugas yang tanpa kasih. Demikian juga contoh dalam keadaan yang berbeda, seperti jemaat Laodikia (yang 'suam-suam', Wahyu 3:14-22), itu juga gambaran jemaat yang kehilangan kasih yang mula-mula.

Jika kita menjadi kurang bersemangat, ada sesuatu yang tidak beres di dalam diri dalam diri kita, yaitu kita kita telah kehilangan kasih yang mula-mula.
Walaupun kita mungkin masih tetap sibuk dalam pelayanan, tetapi jika hati kita dingin terhadap Allah; jikalau kita kurang iman; jikalau kita kurang berbuah; dari situ kita sudah kehilangan kasih-semula. Sebab itu, kita perlu senantiasa menerima kepenuhan Roh Kudus serta memohon kasih Allah untuk memenuhi hati kita (2 Korintus 5:14) agar kita senantiasa mendapat dorongan, agar tidak putus-putusnya mengasihi Tuhan, sehingga hati yang mengasihi Tuhan tidak akan menjadi pudar/hilang.

Kita mungkin hanya melihat dan mendengar dan menilai ada anak-anak Tuhan, bahkan yang berprofesi 'hamba-hamba Tuhan' telah jatuh dalam berbagai kasus/ skandal. Mungkin kita merasa tidak mempunyai dosa yang besar di dalam hidup kita ini, tetapi jika kita kehilangan kasih yang mula-mula, kita sungguh telah jatuh!. Perhatikan ayat Wahyu 2:5a, dan kita temukan tiga pokok yang dikemukakan Tuhan Yesus:

1). "Ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh".
2). "Bertobatlah!". Kata yang digunakan dalam bahasa Yunani adalah "μετανοησον - metanoêson" (ditulis dalam bentuk aorist, imperative). Ini merupakan perintah yang menuntut tindakan segera.
3). "Lakukan lagi apa yang semula engkau lakukan". Kata "ποιησον - poiêson" (ditulis dalam bentuk aorist, imperative) juga merupakan perintah yang menuntut tindakan segera.



Apa akibat jika kita tidak bertobat dari "kehilangan kasih semula"?


Perhatikan peringatan dari Tuhan Yesus dalam Wahyu 2:5b "Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat".

Tujuan keberadaan kaki dian ialah untuk bersinar, jemaat di Efesus ini sudah mempunyainya : perbuatan baik, jerih lelah, ketekukan, tidak sabar terhadap orang-orang jahat, membenci perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, bukankah semua ini menunjukkan mereka sudah bersinar untuk Tuhan?

Sesungguhnya, motivasi dan tujuan perbuatan baik mereka mungkin saja untuk reputasi pribadi, kedudukan, status, dan bukan karena mengasihi Tuhan. Tanpa hati yang mengasihi Tuhan, semuanya ini mungkin dapat dinyatakan tepat seperti jemaat Efesus. Jikalau orang Kristen dan para rekan gemabla sidang hanya mengejar kepopuleran nama pribadi untuk melakukan semua perbuatan baik. Apabila nanti nama dan kedudukan itu sirna, maka tidak mungkin melakukan pekerjaan baik. Inilah hal yang dikecam Tuhan Yesus. Hanya hati yang sungguh menyasihi Tuhan, yang tidak memperhitungkan untung-rugi, kepopuleran pribadi, tetap untuk memancarkan terangNya. Maka Tuhan meminta umatNya untuk tetap memelihara kasih yang semula kepada Tuhan hingga selama-lamanya, dengan demikian barulah kita sanggup untuk bersinar bagi Dia menerangi orang-orang yang ada di sekeliling kita.

"Mengambil kaki dian dari tempatnya", merupakan peringatan yang keras dari Tuhan Yesus, jikalau kita melayani Tuhan tanpa kasih, Tuhan tidak berkenan akan pelayanan kita. Pelayanan yang dikehendaki Tuhan ialah didahului dengan hati yang mengasihi Dia, kemudian barulah melayani. Hal ini sama dengan prinsip Tuhan Yesus tatkala menguji rasul Petrus "Adakah engkau mengasihi Aku lebih dari semua ini" (Yohanes 21;15-17)

Maka, pelajaran yang bisa kita petik dalam perikop ini : "kejatuhan yang paling dalam" adalah jikalau kita kehilangan kasih yang mula-mula dan tidak mau bertobat terhadap hal itu. Apakah kita masih memiliki kasih semula dengan Tuhan Yesus dan terus memelihara kasih itu? Mari kita ungkapkan kasih yang semula itu, kasih yang 'selalu menggebu' bagai suasana "jatuh-cinta". Kasih itu bersifat kekal, inilah modal kita untuk menuju kepada kekekalan kepada Allah yang kekal.


Amin.



Blessings in Christ,
BP
April 24, 2007

Selengkapnya...